Dalam pidatonya di COP30 tahun ini di Brasil, Sekjen PBB Antonio Guterres menyebut ketidakmampuan membatasi pemanasan global hingga 1,5°C sebagai sebuah “kegagalan moral yang fatal.”
Namun, apakah prinsip yang sama berlaku dalam konteks perlindungan lingkungan selama konflik?
Perang Israel terhadap Gaza selama dua tahun telah menciptakan 61 juta ton puing, dengan hampir seperempatnya terkontaminasi asbes dan material berbahaya lainnya.
Para ilmuwan juga memperingatkan bahwa penggunaan air, pangan, dan energi sebagai senjata perang oleh Israel di Gaza telah menyebabkan lahan pertanian dan ekosistem menghadapi keruntuhan yang ireversibel.
Sementara itu di Suriah, Presiden Ahmed al-Sharaa mengutip kekeringan terparah yang melanda negaranya dalam lebih dari enam dekade sebagai bukti percepatan perubahan iklim, seraya memperingatkan bahwa hal ini dapat menghambat pemulihan pascaperang Suriah.
Lantas, mengapa konflik tidak dipandang sebagai isu iklim? Dan mengapa dampak lingkungan dari perang begitu sering diabaikan?
Presenter: Adrian Finighan
Narasumber:
- Kate Mackintosh – Wakil Ketua Panel Ahli Independen untuk Definisi Hukum Ekosida
- Elaine Donderer – Spesialis Pengurangan Risiko Bencana
- Farai Maguwu – Direktur Pusat Tata Kelola Sumber Daya Alam yang berbasis di Zimbabwe
Terbit Pada: 10 Nov 2025
Klik di sini untuk membagikan di media sosial