Pemimpin Tertinggi Iran Tegaskan Pengayaan Uranium Kunci Meraih Kemerdekaan Energi
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan bahwa Teheran tidak akan menghentikan program pengayaan uraniumnya, menolak tuntutan utama dalam proposal Amerika Serikat yang bertujuan menyelesaikan sengketa panjang soal program nuklir Iran.
Pernyataan ini disampaikan dalam pidato pada Rabu, saat AS dan Iran masih bernegosiasi mengenai rincian kesepakatan nuklir baru. Isu pengayaan uranium tetap menjadi titik krusial, dengan AS dikabarkan meminta penghentian total atau pembatasan level pengayaan sebagai syarat pencabutan sanksi Barat terhadap Iran.
"Proposal AS bertentangan dengan keyakinan bangsa kami akan kemandirian dan prinsip ‘Kita Bisa’," ujar Khamenei dalam pidato memperingati wafatnya pendiri Republik Islam, Ayatollah Ruhollah Khomeini, pada 1989.
Menurutnya, pengayaan uranium tetap penting bagi Iran untuk mencapai kemerdekaan energi. "Kemandirian berarti tidak menunggu lampu hijau dari AS dan negara-negara sejenisnya," tegasnya. Ia menambahkan, proposal AS "100 persen bertolak belakang" dengan cita-cita Revolusi Islam 1979.
"Sebagian orang mengira rasionalitas berarti tunduk pada AS dan menyerah pada kekuatan penindas; ini bukan rasionalitas," kritik Khamenei. "Mengapa kalian ikut campur urusan pengayaan uranium Iran? Kalian tak punya hak bicara."
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Iran akan menolak proposal terbaru AS untuk mengakhiri sengketa nuklir berpuluh tahun, menyitir diplomat anonim yang menyebut proposal itu "tak layak" karena tidak melunakkan sikap AS soal pengayaan uranium atau memenuhi kepentingan Teheran.
Iran menyatakan ingin menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai dan lama menyangkal tuduhan kekuatan Barat bahwa mereka ingin kembangkan senjata nuklir.
Utusan AS Steve Witkoff, yang memimpin delegasi perundingan dengan Iran, mengatakan Presiden Donald Trump menentang segala bentuk pengayaan uranium oleh Iran, menyebutnya "garis merah".
Laporan PBB yang bocor mengungkap Iran telah meningkatkan produksi uranium ter-enkripsi mendekati kadar senjata sebesar 50 persen dalam tiga bulan terakhir. Kadarnya masih di bawah 90% yang dibutuhkan untuk senjata atom, tetapi jauh melebihi 4% untuk pembangkit listrik.
Namun, Iran menolak laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menyebutnya "dipolitisasi dan mengulang tuduhan tak berdasar".