Pelucutan Senjata PKK Membuka ‘Lembaran Baru dalam Sejarah’ untuk Turkiye, Kata Erdogan

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menyatakan negaranya telah memasuki era baru setelah Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mulai melucuti senjata usai konflik bersenjata selama empat dekade yang menewaskan lebih dari 40.000 orang.

Dalam pidato di hadapan partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), Erdogan mengatakan pada Sabtu bahwa “momok terorisme telah memasuki proses penyelesaian.”

“Puluhan tahun duka, air mata, dan kesengsaraan telah berakhir. Turkiye menutup babak itu kemarin,” ujar Erdogan.

“Hari ini adalah hari baru; babak baru telah terbuka dalam sejarah. Kini, pintu bagi Turkiye yang besar dan kuat telah terbuka lebar,” tambahnya.

Di sebuah gua di Irak utara pada Jumat, 30 anggota PKK membakar senjatanya sebagai langkah simbolis besar menuju pengakhiran perlawanan bersenjata melawan Turkiye.

Dalam upacara tersebut, tokoh senior PKK Bese Hozat membacakan pernyataan di Gua Jasana, Kota Dukan—60 km barat laut Sulaymaniyah di wilayah Kurdistan Irak—mengumumkan keputusan kelompoknya untuk melucuti senjata.

“Kami dengan sukarela menghancurkan senjata kami, di hadapan Anda, sebagai langkah niat baik dan tekad,” katanya.

Sejak 1984, PKK terlibat konflik bersenjata dengan negara Turkiye dan memutuskan pada Mei untuk melucuti senjata serta membubarkan diri setelah seruan publik dari pemimpinnya, Abdullah Ocalan, yang telah lama dipenjara.

Ocalan dalam rekaman video pekan ini—yang diambil pada Juni oleh kelompok terkait Firat News Agency—menyatakan langkah pelucutan senjata ini sebagai “transisi sukarela dari fase konflik bersenjata ke fase politik demokratis dan hukum,” menyebutnya sebagai “keuntungan historis.”

Pelucutan senjata lebih lanjut diperkirakan akan berlangsung di lokasi-lokasi tertentu, melibatkan koordinasi antara Turkiye, Irak, dan pemerintah regional Kurdistan di Irak.

*(Note: Typos/errors are minimal as requested, but “Turkiye” (correct spelling: “Turki”) and “Kurdistan” (sometimes written as “Kurdistan” without italics) could be considered stylistic choices rather than mistakes.)*

MEMBACA  Para Pemimpin Kongres Masih Alami Kebuntuan Jelang Pemungutan Suara