Sepuluh siswi dari Irma Lerma Rangel Young Women’s Leadership School di Dallas menghabiskan musim panas mereka dengan belajar di berbagai negara Eropa, meraih total beasiswa lebih dari $60.000 melalui program pertukaran internasional.
Para siswi ini berkelana ke Italia, Spanyol, dan Portugal untuk program akademik empat minggu yang fokus pada bahasa, budaya, dan keberlanjutan.
Bagi banyak siswi, program Global Navigator dari Council on International Educational Exchange ini menjadi pengalaman pertama mereka bepergian ke luar negeri tanpa keluarga. Pengalaman ini mendorong mereka untuk beradaptasi di lingkungan asing sambil membangun kemandirian dan pemahaman budaya.
Esmeralda C. memilih Roma untuk mempelajari Bahasa dan Budaya Italia.
“Empat minggu di Italia memberiku kesempatan untuk membangun ikatan kuat dengan masyarakat lokal,” ujarnya.
Interaksi sehari-hari membentuk pengalamannya di luar negeri.
“Mendengar ‘ciao’ setiap hari di kafe, restoran, dan dari tetangga, berbincang dengan keluarga angkat saat makan malam, serta menjelajahi kota, semua itu memperdalam apresiasiku terhadap momen saat ini.”
Sementara itu, Ashley M. mempelajari Bahasa dan Budaya Spanyol Tingkat Lanjut di Madrid.
“Belajar di Madrid adalah pengalaman yang mendebarkan dan membuka mata. Setiap hari terasa seperti petualangan, budaya, dan pembelajaran yang jauh melampaui ruang kelas,” katanya.
Program ini menggabungkan pembelajaran di kelas dengan imersi budaya nyata. Para siswi mengasah keterampilan komunikasi sekaligus kepercayaan diri di skala internasional.
Esmeralda Martínez, guru Bahasa Spanyol dan kepemimpinan di Rangel, sangat mendukung kesempatan pertukaran ini.
“Melihat murid-muridku bersemangat saat bercerita tentang diterimanya mereka di program CIEE benar-benar mengharukan,” ungkapnya.
Martínez yakin program ini mengubah siswa melampaui pencapaian akademis.
“Pengalaman seperti ini membuat mereka memandang hidup secara lebih holistik. Mereka terdorong untuk meletakkan ponsel dan benar-benar merasakan dunia,” tambahnya.
Guru ini menekankan pembelajaran langsung daripada konsumsi digital.
“Melihat masalah dunia dengan mata mereka sendiri, bukan lewat buku teks atau postingan media sosial. Mereka juga memahami bahwa kompetensi budaya adalah aset berharga sebagai anggota masyarakat yang berkontribusi.”
Menurut Martínez, siswa pulang dengan wawasan yang lebih luas dan empati yang mendalam. Program ini mengembangkan keterampilan yang jauh melampaui sekadar penguasaan bahasa.
Meski sempat kesulitan beradaptasi, Esmeralda C. sangat menghargai setiap momen di luar negeri. Kini, ia mendorong siswa lain untuk meraih kesempatan belajar internasional dan mengalami imersi budaya secara langsung.