Seorang pekerja pertanian meninggal akibat luka-luka yang dideritanya dalam penggerebekan imigrasi di dua perkebunan ganja California, sementara otoritas AS mengonfirmasi bahwa mereka menahan 200 pekerja setelah ketegangan dengan para demonstran.
Kelompok advokasi United Farm Workers mengonfirmasi kematian Jaime Alanis, yang terluka setelah terjatuh dari ketinggian 9 meter selama salah satu penggerebekan, dalam unggahan di X pada hari Jumat.
"Dengan sedih, kami dapat mengkonfirmasi bahwa seorang pekerja pertanian tewas karena luka yang dialaminya akibat tindakan penegakan imigrasi kemarin," tulis mereka.
Otoritas imigrasi federal mengonfirmasi pada Jumat bahwa mereka menahan sekitar 200 imigran yang diduga berada di AS secara ilegal dalam penggerebekan Kamis di dua perkebunan ganja di Carpinteria dan Camarillo, California Selatan.
Department of Homeland Security menyatakan dalam pernyataan bahwa mereka juga menemukan setidaknya 10 anak imigran yang "diselamatkan dari potensi eksploitasi, kerja paksa, dan perdagangan manusia."
Pernyataan itu menyebut empat warga AS ditangkap karena terlibat dalam bentrok kekerasan antara agen dan demonstran. Otoritas juga menawarkan hadiah $50.000 untuk informasi yang mengarah pada penangkapan seorang tersangka lain yang menembakkan senjata ke arah agen federal.
"Selama operasi, lebih dari 500 perusuh berusaha menggangu. Empat warga AS sedang diproses secara pidana karena menyerang atau melawan petugas. Para perusuh merusak kendaraan, dan satu pengacau kekerasan menembak aparat penegak hukum," bunyi pernyataan tersebut.
Dalam salah satu penggerebekan, agen imigrasi mengenakan helm dan seragam bergaya militer menyerbu Glass House Farms—perkebunan ganja berlisensi yang juga menanam tomat dan mentimun—di Camarillo pada Kamis.
Agen berhadap-hadapan dengan demonstran di luar perkebunan, sementara kerumunan orang berkumpul mencari informasi tentang kerabat mereka dan menentang penggerebekan.
Andrew Dowd, juru bicara Ventura County Fire Department, mengatakan setidaknya 12 orang terluka akibat penggerebekan dan protes.
Jaime Alanis di dalam Ventura County Medical Center setelah terluka dalam penggerebekan imigrasi pada 10 Juli 2025 di Camarillo, California [AP Photo]
Selama penggerebekan, Alanis—yang dilaporkan telah bekerja di Glass House Farms memetik tomat selama 10 tahun—menelepon keluarganya di Meksiko dan mengatakan ia bersembunyi dari otoritas.
"Selanjutnya yang kami dengar adalah dia di rumah sakit dengan tangan patah, tulang rusuk retak, dan leher patah," kata Juan Duran, ipar Alanis, menurut The Associated Press.
Dalam pernyataanya, Glass House mengatakan agen imigrasi memiliki surat perintah sah dan mereka membantu menyediakan bantuan hukum bagi pekerja yang ditahan.
"Glass House tidak pernah sengaja melanggar praktik perekrutan yang berlaku dan tidak pernah mempekerjakan anak di bawah umur," bunyi pernyataan itu.
United Farm Workers menyatakan beberapa warga AS yang bekerja di perusahaan tersebut belum diketahui keberadaannya.
Penggerebekan ini merupakan yang terbaru dalam kampanye kontroversial pemerintahan Trump yang memberlakukan tindakan keras terhadap imigran di AS.
Sejak kembali ke Gedung Putih, Trump mengerahkan kelompok agen imigrasi untuk menangkap migran tanpa dokumen dan mengirim tersangka anggota geng ke penjara berkeamanan maksimum di El Salvador tanpa proses hukum.
Namun, setelah penggerebekan Kamis, Hakim Federal Maame E Frimpong memerintahkan penghentian sementara penangkapan dan penahanan imigran secara acak di tujuh kabupaten California, termasuk Los Angeles.
Putusan Jumat ini menanggapi gugatan yang diajukan kelompok advokasi imigran di US District Court pekan lalu, menuduh pemerintahan Trump secara sistematis menargetkan orang berkulit cokelat dalam penggerebekan di California Selatan.
Dalam putusannya yang berlaku selama 10 hari, Hakim Frimpong setuju bahwa "patroli keliling" agen imigrasi tanpa kecurigaan yang masuk akal melanggar Amandemen Keempat (melindungi individu dari penggeledahan dan penyitaan tidak wajar) dan Amandemen Kelima (menjamin proses hukum yang adil).
Frimpong memerintahkan agen menghentikan profil rasial dan memerintahkan pemerintah federal memastikan tahanan memiliki akses ke kuasa hukum.
Koresponden Al Jazeera di Washington, DC, Shihab Rattansi, mengatakan kasus ini menyentuh "inti apakah kita bisa memiliki gerombolan agen ICE tanpa identitas yang menyapu orang begitu saja."
"[Para penggugat berargumen tidak ada alasan kuat untuk mencurigai mereka melanggar hukum imigrasi. Dan kita tahu banyak warga negara juga ikut tersapu," kata Rattansi.