Pejabat PBB Peringatkan Ekspansi Operasi Israel di Gaza Picu ‘Dampak Katastropik’

Yolande Knell
Koresponden Timur Tengah

Tonton: Pejabat PBB peringatkan rencana ekspansi Gaza Netanyahu bisa picu "konsekuensi katastropik"

Seorang pejabat tinggi PBB memperingatkan akan ada "konsekuensi katastropik" jika Israel memperluas operasi militernya di Gaza, setelah laporan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mendorong pendudukan penuh kembali.

Asisten Sekretaris Jenderal Miroslav Jenča mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa langkah tersebut "sangat mengkhawatirkan" dan dapat membahayakan nyawa lebih banyak warga Palestina, serta sandera Israel yang ditahan Hamas.

Media Israel melaporkan Netanyahu berencana menggelar rapat kabinet keamanan minggu ini.

"Keputusan sudah diambil. Kita akan menaklukkan Jalur Gaza sepenuhnya—dan menghancurkan Hamas," ujar seorang pejabat Israel senior seperti dikutip.

Kabinet keamanan, yang dijadwalkan rapat pada Kamis, perlu menyetujui aksi tersebut.

Ada dugaan rencana ini sebagai taktik negosiasi untuk menekan Hamas setelah gagalnya pembicaraan gencatan senjata, atau upaya mengamankan dukungan dari koalisi sayap kanan Netanyahu.

Ditanya apakah dia mendukung rencana pendudukan penuh Gaza, Presiden AS Donald Trump menjawab, "Itu sepenuhnya tergantung Israel."

Israel menghadapi tekanan internasional yang kian besar terkait perang di Gaza, di mana para ahli menyatakan kelaparan sedang terjadi.

Dalam pernyataannya, Jenča memperingatkan bahaya perluasan operasi militer Israel.

"Ini berisiko memicu konsekuensi katastrofik bagi jutaan warga Palestina dan dapat lebih membahayakan nyawa sandera yang tersisa di Gaza," katanya.

Dia menambahkan, menurut hukum internasional, Gaza "adalah dan harus tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan."

Militer Israel menyatakan sudah mengkontrol 75% Gaza, namun rencana baru dikabarkan mengusung pendudukan penuh—termasuk area yang dihuni lebih dari dua juta warga Palestina.

Rencana ini memicu perdebatan di Israel, dengan laporan bahwa panglima militer dan pejabat lain menentang strategi tersebut.

MEMBACA  Video Gajah 'berwajah' tiga tertangkap kamera saat parade di Thailand, bukan festival raksasa India.

Pejabat Israel tanpa nama membalas, "Kalau tidak cocok untuk panglima, dia seharusnya mengundurkan diri."

Keluarga sandera mengkhawatirkan keputusan ini membahayakan nyawa orang yang mereka cintai.

Israel menyatakan 49 sandera masih ditahan di Gaza, dengan 27 diantaranya diduga tewas.

Jenča menyerukan gencatan senjata dan pembebasan sandera tanpa syarat di depan DK PBB.

Menyoroti kondisi "kumuh" dan "tak manusiawi" di Gaza, dia mendesak Israel segera membuka akses bantuan tanpa hambatan.

"Israel masih membatasi ketat bantuan kemanusiaan, dan jumlah yang diperbolehkan sama sekali tidak memadai," ujar Jenča.

Dia juga mengutuk kekerasan di titik distribusi makanan, menyebut lebih dari 1.200 warga Palestina tewas sejak akhir Mei saat mencoba mendapatkan makanan dan pasokan.

Minggu lalu, kementerian kesehatan Hamas melaporkan 154 orang—termasuk 89 anak—meninggal akibat kelaparan sejak Oktober 2023.

Lembaga PBB memperingatkan kelaparan massal buatan manusia di Gaza, dengan setidaknya 63 kematian terkait gizi buruk bulan ini.

Israel sebelumnya bersikeras tidak ada pembatasan bantuan dan "tidak ada kelaparan" di Gaza.

Israel melancarkan serangan militer sebagai balasan atas serangan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023, dimana sekitar 1.200 orang tewas dan 251 diculik ke Gaza.

Menurut kementerian kesehatan setempat, lebih dari 60.000 warga Palestina tewas dalam kampanye militer Israel.