Paus Leo Berdoa untuk Umat Katolik di China, Isu Pelik dalam Masa Kepausannya | Berita Agama

Hubungan dengan Tiongkok tetap menjadi isu sensitif di dalam Gereja Katolik menyusul kesepakatan tahun 2018 antara Tahta Suci dan Beijing.

Paus Leo XIV yang baru terpilih meminta doa untuk umat Katolik di Tiongkok dalam pernyataan pertamanya tentang salah satu isu paling kontroversial yang dihadapi Gereja Katolik dan kepausannya dalam ranah geopolitik.

Berbicara dari jendela Istana Apostolik Vatikan pada hari Minggu, Paus menyebutkan Hari Doa Sedunia untuk Gereja di Tiongkok, yang jatuh setiap 24 Mei—sebuah peringatan yang digagas oleh Paus Benediktus XVI.

“Di gereja-gereja dan tempat ziarah di Tiongkok maupun seluruh dunia, doa-doa dipanjatkan sebagai tanda kepedulian dan kasih sayang bagi umat Katolik Tiongkok serta persekutuan mereka dengan Gereja universal,” ujar Leo kepada sekitar 35.000 umat.

Paus berharap doa-doa tersebut “mendatangkan rahmat bagi mereka dan bagi kita semua untuk menjadi saksi Injil yang kuat dan penuh sukacita, bahkan di tengah ujian, serta senantiasa memajukan perdamaian dan kerukunan.”

Paus Benediktus XVI, yang memimpin Gereja dari 2005 hingga 2013, menetapkan peringatan ini sebagai bagian upayanya mempersatukan sekitar 12 juta umat Katolik Tiongkok, yang terpecah antara gereja resmi di bawah kendali negara—yang tak mengakui otoritas kepausan—dan gereja bawah tanah yang setia pada Roma meski mengalami penindasan selama puluhan tahun.

 

Hubungan dengan Tiongkok masih menjadi isu yang sangat sensitif di kalangan Gereja karena beberapa rohaniawan menolak kesepakatan 2018 antara Tahta Suci dan Beijing yang memberi Tiongkok hak campur tangan dalam penunjukan uskup di sana, mengingat umat Katolik pernah ditindas oleh Partai Komunis.

Kesepakatan ini bertujuan mempersatukan umat, menormalisasi status tujuh uskup yang sebelumnya tak diakui Roma, serta mencairkan ketegangan selama puluhan tahun antara Tiongkok dan Vatikan.

MEMBACA  Trump melonggarkan peraturan berbelit-belit untuk membantu defisit perdagangan seafood Amerika sebesar $20 miliar. Kelompok konservasi khawatir pemanenan berlebihan bisa membongkar 'jaring pengaman' laut.

Meski detil kesepakatan tidak pernah dirilis, Paus Fransiskus menegaskan bahwa ia tetap memegang hak veto atas keputusan akhir.

Para kritikus, khususnya dari kalangan sayap kanan Katolik, menganggap Fransikus telah menuruti tuntutan Beijing dan mengkhianati umat bawah tanah di Tiongkok. Vatikan menyatakan ini adalah kesepakatan terbaik yang bisa dicapai, dan telah diperpanjang secara berkala sejak itu.

Paus Leo harus memutuskan apakah akan memperpanjang kesepakatan ini. Ada beberapa pelanggaran dari pihak Beijing, seperti penunjukan sepihak tanpa persetujuan Paus.

Isu ini memuncak menjelang konklaf yang memilih Leo, ketika Gereja Tiongkok melanjutkan pemilihan pendahuluan dua uskup—tahap sebelum pentahbisan resmi.

Vatikan telah bertahun-tahun berupaya memperbaiki hubungan dengan Tiongkok, yang resmi putus tujuh dekade lalu ketika Partai Komunis berkuasa.

Hubungan ini lama tegang karena Tiongkok bersikukuh memiliki hak eksklusif menunjuk uskup sebagai bagian dari kedaulatan nasional, sementara Vatikan menegaskan hak Paus untuk menunjuk penerus Rasul.