BERITA BERKEMBANG | BERITA BERKEMBANG
Pasukan militer perintahkan penangguhan proses pemilu, penutupan perbatasan sehari sebelum hasil pemungutan suara presiden diumumkan.
Ditayangkan Pada 26 Nov 2025
Sebuah kelompok perwira militer di Guinea-Bissau mengklaim telah mengambil “kendali penuh” atas negara tersebut, sehari setelah para kandidat utama dalam pemilu presiden yang berlangsung ketat sama-sama mendeklarasikan kemenangan.
Menyebut diri mereka “Komando Militer Tinggi untuk Pemulihan Ketertiban”, para perwira tersebut membacakan pernyataan di televisi pada hari Rabu, mendeklarasikan bahwa mereka telah memerintahkan penangguhan segera proses elektoral “sampai pemberitahuan lebih lanjut”.
Mereka juga memerintahkan penutupan seluruh perbatasan darat, udara, dan laut, serta memberlakukan jam malam.
Langkah ini terjadi tak lama setelah suara tembakan terdengar持续 dekat markas komisi pemilihan umum, istana kepresidenan, dan kementerian dalam negeri di ibu kota, Bissau.
Hasil pemungutan suara presiden hari Minggu diharapkan akan diumumkan pada hari Kamis di negara Afrika Barat tersebut. Pemilu ini mempertemukan Presiden petahana Umaro Sissoco Embalo melawan penantang utamanya, Fernando Dias.
“Kami mendapatkan konfirmasi bahwa presiden [Embalo] sedang ditahan,” laporkan Nicolas Haque dari Al Jazeera dari Senegal tetangga pada Rabu sore.
Ketua partai oposisi utama PAIGC, Domingos Simoes Pereira, juga telah ditangkap, kata Haque. “Selain itu, kami baru saja mendengar bahwa militer berupaya memutuskan koneksi internet. Jam malam telah diberlakukan.”
Dia menambahkan bahwa perwira angkatan darat yang memimpin kudeta tersebut, Denis N’Canha, menjabat sebagai kepala pasukan pengawal presiden. “Orang yang seharusnya melindungi presiden justru menahan presiden sendiri,” ujar Haque.
Seorang tentara menghentikan mobil dekat lokasi tembakan di sekitar istana kepresidenan di Bissau [Patrick Meinhardt/AFP]
Sengitnya Persaingan
Guinea-Bissau telah mengalami beberapa kali kudeta dan percobaan kudeta sejak memperoleh kemerdekaan dari Portugal pada tahun 1974.
Legitimasi pemilu pekan ini dipertanyakan oleh kelompok-kelompok masyarakat sipil dan pengamat lainnya setelah PAIGC dilarang mengajukan kandidat calon presiden, lapork Haque.
“Akan terjadi kebuntuan mengenai siapa yang akan memenangkan pemilu [pekan] ini, dan pada saat itulah militer turun tangan,” jelasnya.
Baik Embalo maupun Dias sebelumnya telah mendeklarasikan kemenangan dengan sedikit bukti yang mendukung klaim mereka.
“Tidak akan ada putaran kedua,” ujar juru bicara kampanye Embalo, Oscar Barbosa, kepada kantor berita AFP pada hari Selasa, seraya menambahkan bahwa presiden “akan mendapatkan masa jabatan kedua.”
Dias juga mendeklarasikan kemenangan, dengan mengatakan dalam video yang diposting di media sosial: “Pemilu ini telah dimenangkan, telah dimenangkan dalam satu putaran.”
Pemilu presiden terakhir Guinea-Bissau pada tahun 2019 ditandai dengan krisis pascapemilu selama empat bulan karena kedua kandidat utama sama-sama mengklaim menang. Pemilu kala itu mempertemukan Embalo melawan Pereira, ketua PAIGC.