Teroris Hamas Berjaga saat Penyerahan Sandera yang Meninggal di Khan Yunis, 20 Feb 2025. (Kredit foto: REUTERS)
“Tidak diragukan lagi Hamas akan meningkatkan upayanya untuk mengambil sandera baru, termasuk jenazah tentara dan warga sipil,” ungkap Michael Milshtein, kepala forum studi Palestina di Universitas Tel Aviv.
Hamas mungkin akan meningkatkan percobaan penculikan terhadap pasukan IDF yang beroperasi di Jalur Gaza, menurut seorang akademisi Universitas Tel Aviv kepada The Guardian pada Sabtu.
“Tidak ada keraguan bahwa Hamas akan mencoba lebih giat mengambil sandera baru, termasuk jenazah tentara dan sipil,” tegas Milshtein.
Hal ini muncul setelah Sersan Mayor (Purn.) Abraham Azulay, 25 tahun, tewas di Khan Yunis saat teroris muncul dari terowongan dan mencoba menculiknya, lapor IDF Rabu lalu. Azulay melawan hingga ditembak teroris. Pasukan IDF kemudian menembak dan menggagalkan penculikan.
Namun, fokus Hamas pada tujuan baru menangkap prajurit IDF bisa memberinya pengaruh besar dalam negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera, sekaligus berdampak pada opini publik di Israel, catat The Guardian.
“Hamas mungkin melepas tawanan untuk gencatan sementara, tetapi juga berusaha menangkap lebih banyak… menandakan bahwa kesepakatan apapun bukan akhir konflik,” kata analis politik Abdeljawad Hamayel dari Ramallah.
“Ini bukan sekadar kartu negosiasi, tapi bagian dari perang psikologis. Hamas ingin tingkatkan moral pejuangnya dan demoralisasi tentara Israel serta warga sipil,” tambah seorang analis Palestina di Qatar yang enggan disebut namanya.
Meski hanya mengerahkan “beberapa ratus” teroris di Gaza, jumlah itu cukup untuk tujuan strategis mereka. “Mereka punya sedikit sel, tapi sangat hati-hati dalam mengelola sumber daya,” jelasnya.
Hamas Beralih ke Taktik Perang Gerilya
Sejak pembantaian 7 Oktober, teroris Hamas mengalami “transformasi militer” dari pasukan semi-konvensional menjadi ahli perang gerilya, menurut pakar militer yang dikutip The Guardian.
“Medan perang sangat rumit bagi IDF. Hamas memanfaatkan puing-puing. Mereka ahli perang gerilya dan telah melawan Israel selama 20 tahun,” kata mantan sejarawan militer IDF, Guy Aviad.
“Sekarang kita lihat perang usai yang membatasi kekuatan Israel dan mempengaruhi opini global,” tambah Hamayel.
Milshtein menekankan Hamas memang ingin gencatan, tapi tidak dengan harga apapun. “Di Israel, kita pernah percaya tekanan lebih besar akan membuat Hamas menyerah. Tapi seberapa besar lagi tekanan bisa diberikan?”
“Kita sudah bunuh pemimpin mereka. Hancurkan Gaza. Tapi sikap dan tuntutan Hamas tidak berubah,” tutupnya.