Jenderal Anil Chauhan tampaknya mengkonfirmasi India kehilangan setidaknya satu pesawat selama konflik singkat dengan Pakistan awal bulan ini.
Kepala staf pertahanan India menyatakan negaranya mengalami kerugian awal di udara selama konflik militer baru-baru ini dengan Pakistan, tetapi enggan merinci lebih lanjut.
“Yang penting adalah, mengapa kerugian ini terjadi, dan apa yang akan kami lakukan setelahnya,” kata Jenderal Anil Chauhan kepada Reuters pada Sabtu di sela-sela forum keamanan Shangri-La Dialogue di Singapura.
India dan Pakistan terlibat dalam konflik empat hari bulan ini, ketegangan terburuk sejak 1999, sebelum gencatan senjata disepakati pada 10 Mei. Lebih dari 70 orang tewas akibat serangan misil, drone, dan artileri di kedua belah pihak, meski klaim korban masih diperdebatkan.
India menyatakan lebih dari 100 “teroris” tewas dalam “serangan presisi” ke sejumlah “kamp teror” di Pakistan, yang membantah klaim tersebut dan menyebut lebih dari 30 warga sipil Pakistan tewas dalam serangan India.
Sementara itu, New Delhi mengatakan hampir dua lusin warga sipil tewas di pihak India, kebanyakan di Kashmir yang dikelola India, di sepanjang perbatasan sengketa.
Konflik antara dua kekuatan nuklir ini dipicu oleh serangan terhadap turis di Pahalgam, Kashmir yang dikelola India pada 22 April, menewaskan 26 orang—hampir semuanya turis. New Delhi menuduh Pakistan mendukung kelompok bersenjata di balik serangan itu, sebuah tuduhan yang dibantah Islamabad.
Selama konflik, Pakistan juga mengklaim telah menembak jatuh setidaknya lima pesawat tempur India, termasuk minimal tiga jet Rafale. Namun Chauhan pada Sabtu menyebut klaim itu “sangat tidak benar”, sambil mengakui negaranya kehilangan setidaknya satu pesawat.
“Yang penting bukan pesawatnya jatuh, tapi mengapa itu terjadi,” ujarnya dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg TV di Singapura.
Pada 11 Mei, sehari setelah gencatan senjata, Marsekal Udara India AK Bharti mengatakan kepada wartawan di New Delhi bahwa “semua pilot kami telah kembali”, sambil menambahkan “kami dalam situasi tempur, dan kerugian adalah bagian darinya.”
Chauhan menyatakan India mengubah taktik setelah menderita kerugian di udara di hari pertama konflik, lalu meraih keunggulan menentukan.
“Kami memperbaiki taktik dan kembali pada 7, 8, dan 10 Mei dalam jumlah besar untuk menyerang pangkalan udara di dalam Pakistan, menembus semua pertahanan udara mereka dengan leluasa, dan melancarkan serangan presisi,” katanya.
Islamabad membantah kehilangan pesawat tetapi mengakui pangkalan udaranya terkena serangan, meski kerusakan minimal.
Chauhan menegaskan meski pertempuran berhenti, pemerintah India akan merespons “dengan presisi dan tegas jika ada serangan teror lagi dari Pakistan.”
“Ini memiliki dinamika tersendiri bagi angkatan bersenjata. Kami harus siaga 24/7,” ucapnya.
Chauhan juga menyebut meski Pakistan bersekutu erat dengan Tiongkok—yang berbatasan dengan India di utara dan timur laut—tidak ada tanda bantuan nyata dari Beijing selama konflik.
“Selama peristiwa ini berlangsung sejak 22 April, tidak ada aktivitas tidak biasa di wilayah operasional atau taktis perbatasan utara kami. Semua berjalan normal,” katanya kepada Reuters.
Ditanya apakah Tiongkok mungkin memberikan citra satelit atau intelijen waktu nyata ke Pakistan selama konflik, Chauhan mengatakan gambar semacam itu tersedia secara komersial dan bisa diperoleh dari Tiongkok maupun sumber lain.