Nigeria telah membantah tuduhan dari pemimpin militer Niger, Brig Jen Abdourahmane Tchiani, atas kolusi dengan Prancis untuk merusak negara yang dipimpin junta tersebut.
Dalam wawancara Hari Natal, Jen Tchiani menuduh Prancis bersekutu dengan kelompok militan di wilayah Danau Chad untuk merusak keamanan Niger, diduga dengan pengetahuan Nigeria.
“Otoritas Nigeria tidak tidak mengetahui gerakan licik ini,” kata Jen Tchiani seperti yang dikutip oleh AFP.
Sebagai respons, Penasihat Keamanan Nasional Nigeria, Nuhu Ribadu, mengatakan kepada BBC Hausa bahwa tuduhan itu “tidak berdasar” dan “palsu”.
Ribadu mengatakan Nigeria tidak akan pernah “menghancurkan Niger atau membiarkan bencana menimpanya”.
Menteri Informasi Nigeria, Mohammed Idris, mengatakan tuduhan itu tidak berdasar dan “taktik pengalihan yang bertujuan untuk menutupi kegagalan pemerintahannya”.
“Klaim-klaim ini hanya ada di dunia imajinasi. Nigeria tidak pernah terlibat dalam aliansi, terang-terangan atau tersembunyi, dengan Prancis – atau negara lain – untuk merusak Republik Niger,” kata Idris.
Idris juga membantah sabotase pipa dan pertanian Niger, yang dituduhkan padanya.
Tuduhan Jen Tchiani telah memperburuk ketegangan diplomatik dengan Nigeria, yang sudah tegang sejak kudeta militer 2023 yang menggulingkan mantan presiden Mohamed Bazoum.
Blok regional Afrika Barat, Ecowas, yang dipimpin oleh Presiden Nigeria Bola Tinubu, memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Niger dan mengancam intervensi militer jika tata kelola konstitusi tidak dipulihkan.
Ecowas membela Nigeria dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis menyangkal klaim-klaim tersebut.
“Selama bertahun-tahun, Nigeria telah mendukung perdamaian dan keamanan beberapa negara bukan hanya di subwilayah Afrika Barat tapi juga di benua Afrika,” demikian bunyi pernyataan blok regional tersebut yang dibagikan pada hari Kamis.
“Ecowas oleh karena itu menolak saran bahwa negara yang begitu dermawan dan murah hati akan menjadi sponsor negara terorisme,” demikian pernyataan tersebut.
Dua minggu yang lalu, Ecowas menyetujui penarikan diri tiga negara yang dipimpin militer, termasuk Niger, setelah mereka menolak untuk mengembalikan pemerintahan demokratis.
Sejak kudeta, Niger telah mendesak Prancis dan kekuatan Barat lainnya untuk menarik basis militer mereka dan membentuk aliansi keamanan dengan tetangga-tetangga yang dipimpin junta Mali dan Burkina Faso.