Keluarga korban termuda penembakan Bondi, Matilda, mendesak masyarakat agar tidak membiarkan kematiannya memicu kemarahan, saat mereka mengucapkan selamat tinggal terakhir kepada gadis 10 tahun itu pada Kamis.
Matilda termasuk di antara 15 orang yang tewas ditembak ketika dua pria bersenjata melepaskan tembakan dalam acara perayaan awal Hanukkah di Bondi Beach, Sydney, pada Minggu.
Berbicara kepada BBC di pemakaman Matilda, bibi nya, Lina Chernykh, menyatakan komunitas Yahudi memang berhak menuntut tindakan lebih tegas untuk memberantas antisemitisme – dan dia juga demikian.
Namun ia mengatakan Matilda adalah anak yang penuh keceriaan dan menyebarkan cinta ke mana pun ia pergi, dan mendesak masyarakat untuk melakukan hal yang sama untuk menghormati nya.
“Ambilah kemarahan kalian dan… sebarkanlah kebahagiaan, cinta, dan kenangan untuk keponakan saya tercinta,” ujar Chernykh.
“Saya berharap mungkin kini ia menjadi malaikat. Mungkin ia akan mengirimkan getaran-getaran baik ke dunia.”
Para pemimpin komunitas Yahudi dalam hari-hari terakhir menyiratkan tragedi ini adalah akibat yang tak terelakkan dari kegagalan Australia menangani meningkatnya antisemitisme.
Serangan pada Minggu itu merupakan insiden paling mematikan di negara tersebut sejak 1996, ketika seorang pria bersenjata membunuh 35 orang dalam pembantaian Port Arthur.
Para pelayat – termasuk Gubernur Jenderal Sam Mostyn dan Perdana Menteri New South Wales Chris Minns – memadati upacara di Sydney, mengenakan bros dan stiker bergambar lebah sebagai penghormatan kepada gadis yang menyukainya.
Michael dan Valentyna menamai putri mereka dari lagu “Waltzing Matilda”, sebagai penghargaan kepada negara tempat keluarga Ukraina mereka menemukan keamanan.
“Dia kini sedang berdansa waltz bersama para malaikat,” ujar Minns, membacakan sebuah puisi untuknya.
Rabi Yehoram Ulman, yang memimpin upacara, harus berhenti sejenak dan menguasai diri saat memberikan penghormatan kepada kehidupan Matilda yang singkat.
“Pembunuhan terhadap Matilda muda yang tragis, sangat kejam, dan tak terpahami terasa bagi kita semua seolah-olah putri kami sendiri yang direnggut,” katanya.
Upacara tersebut mendengar bagaimana Matilda hidup dengan keindahan, kebaikan, dan kebenaran.
“Umat Yahudi… percaya bahwa kematian bukanlah hal yang kekal… bukan karena kami naif,” kata Rabi Ulman.
“Dengan keyakinan penuh saya katakan, perpisahan dengan Matilda bukanlah untuk selamanya.”
Meski demikian, ia mengakui kata-katanya mungkin hanya memberi sedikit penghiburan – sesuatu yang ia pahami betul. Sehari sebelumnya, Rabi Ulman berbicara di pemakaman menantunya sendiri, Rabi Eli Schlanger, yang juga tewas dalam serangan di Bondi.
“Kalian memberi saya kekuatan di saat kalian sendiri membutuhkannya. Dan saya berusaha melakukan hal yang sama,” ujarnya kepada orang tua Matilda, yang terisak di barisan depan.
Chernykh sebelumnya mengatakan keluarga mereka hancur.
“Saya melihat wajah mereka [dan] saya tidak tahu apakah mereka akan bisa bahagia lagi,” ujarnya tentang orang tua Matilda.
Adik perempuan Matilda, yang darinya ia “tak terpisahkan”, kini hancur dan bingung, katanya. “Air matanya seakan tak cukup untuk menangis.”
Pada hari yang sama ketika korban termuda pembantaian itu dikebumikan, korban tertua juga disemayamkan. Upacara untuk Alex Kleytman – seorang penyintas Holocaust berusia 87 tahun – digelar di rumah duka yang sama pada Kamis pagi.
Dalam sebuah pernyataan, keluarganya mengatakan ia meninggal saat melakukan hal yang paling dicintainya: melindungi istrinya, Larisa, dan merayakan keyahudiannya.
“Kedua pria bersenjata itu membunuhnya, namun kenangan, warisan, dan buku-bukunya akan menerangi generasi-generasi mendatang,” bunyi pernyataan itu.
Polisi telah menetapkan serangan ini sebagai insiden terorisme, dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan serangan ini tampaknya “dimotivasi oleh ideologi kelompok Negara Islam”.
Polisi menyatakan kedua pria bersenjata tersebut adalah ayah dan anak. Sajid Akram (50) tewas ditembak di TKP, sementara putranya, Naveed (24), telah didakwa dengan 59 pelanggaran, termasuk 15 tuduhan pembunuhan dan satu tuduhan melakukan tindakan terorisme.
Australia pada Kamis mengumumkan akan memperkuat undang-undang untuk menindak tegas kebencian – termasuk dengan memperkenalkan kewenangan untuk membatalkan atau menolak visa atas dasar antisemitisme.