Michelle Agyemang: Sang Penyelamat Inggris di Euro Wanita 2025
Merunduk ke tanah, tangan menutupi matanya, Michelle Agyemang tak kuasa menahan emosi. Di momen ketika Inggris sangat membutuhkan secercah harapan, remaja 19 tahun ini—yang nama belakangnya secara kebetulan berarti "penyelamat bangsa"—muncul sebagai pahlawan.
Beberapa pekan lalu, namanya hampir tak dikenal. Kini, seluruh penggemar sepak bola Inggris menyebutnya setelah gol penyama skornya di menit ke-96 melawan Italia menyelamatkan tim dari kekalahan, membawa Lionesses melaju ke semifinal UEFA Women’s Euro di Jenewa.
Meski Chloe Kelly mengunci kemenangan dengan gol di babak tambahan, sorotan tetap tertuju pada Agyemang. Ia tampil dengan ketenangan yang tak biasa untuk usianya.
Gol spektakulernya—melewati dua pemain lawan—adalah kali kedua dalam lima hari ia menyelamatkan Inggris sebagai super-sub. Sebelumnya, ia juga mencetak gol penyama skor saat melawan Swedia di perempat final.
“Big Mich melakukannya lagi!” ujar Kelly kepada ITV Sport. “Dia pemain luar biasa, masa depannya cerah. Aku sangat bangga padanya.”
Dari tribun Stade de Geneve hingga sorak-sorai di Wembley Boxpark, Agyemang membangkitkan keyakinan fans Inggris saat segalanya tampak hilang di Euro 2025. Dengan kepang hitamnya yang berkibar saat melesat di lapangan, ia menjadi tontonan wajib berkat kombinasi kekuatan, ketenangan, dan permainan tanpa ego.
“Dia bermain melebihi usianya,” kata Ellen White, pemenang Euro 2022, di BBC. “Cara dia menguasai bola, melibatkan rekan setim… Dengan waktu terbatas, ia mengubah sejarah Inggris dan membawa mereka ke final lagi.”
Dengan tiga gol dalam empat penampilan internasional, Agyemang menghadirkan dimensi baru bagi Lionesses.
Bintang yang Terbit
Dipilih sebagai wild card, Agyemang—keturunan Ghana—menjadi salah satu bintang terbesar turnamen ini. Perannya krusial dalam membawa juara bertahan lolos ke final melawan Spanyol di Basel.
Ia dipanggil ke Euro meski baru sekali bermain untuk timnas, menjadi pemain termuda di skuad. Melihatnya melewati bek lawan dengan tenang, sulit percaya ia baru debut tiga bulan lalu.
Bahkan di 2021, ia masih menjadi ball girl di Wembley, melempar bola untuk bintang-bintang Inggris saat Sarina Wiegman memulai tugas sebagai pelatih.
“Empat tahun lalu, aku hanya anak kecil yang melempar bola untuk mereka. Kini, aku bermain bersama mereka. Ini mimpi yang jadi kenyataan,” kata Agyemang.
Ketenangannya di panggung besar luar biasa, tapi tidak mengejutkan. Saat debut April lalu, ia mencetak gol voli spektakuler hanya dalam 41 detik setelah masuk—memberi Wiegman gambaran akan bakat besarnya.
“Sejak pengumuman skuad, aku sudah bilang dia punya sesuatu yang spesial,” kata Wiegman. “Dia baru 19 tapi sangat matang. Jika terus begini, masa depannya cerah.”
Musim yang Gila
Lahir di Essex dari keluarga pendukung Manchester United, Chelsea, dan West Ham, Agyemang justru penggemar Arsenal sejati. Ia bergabung dengan akademi klub itu sejak usia enam tahun.
Debut seniornya bersama The Gunners pada 2022 di usia 16 tahun. Setelah dipinjamkan ke Watford musim 2023-24, lima gol dalam 10 penampilan membawanya mendapatkan kontrak profesional di Arsenal.
September 2024, ia dipinjamkan ke Brighton & Hove Albion di WSL. Meski hanya mencetak tiga gol, ia dinobatkan sebagai Women’s Young Player of the Season—pertanda potensi yang siap meledak.
Saat melihat Arsenal menjuarai Liga Champions Wanita di Lisbon, ia tak menyangka akan segera mendapat panggilan Wiegman untuk Euro 2025.
Orang pertama yang ia beri tahu? Ayahnya, yang berlari-lari di rumah tak percaya dan penuh kebanggaan.
“Musim ini gila—dipinjamkan, lalu dapat panggilan di akhir musim. Tapi semua terjadi dengan alasan,” ujarnya. “Tim ini menerimaku dengan hangat, dan aku sangat berterima kasih.”
Gol fenomenalnya di menit ke-96 melawan Italia telah mengubahnya menjadi nama besar di Inggris.