Mereka Memblokir Segalanya: Hidup di Dalam Zona Evakuasi

“Pesenan buat bangun pagi, biasanya saya keluar, naik turun jalan, pastiin semua orang baik-baik aja, pastiin semua orang punya air. Gue besar di sini dari kecil, lahir dan dibesarkan, tapi gue enggak kenal lagi sama jalan-jalan ini. Semua orang harus evakuasi. Tapi gue masih di sini. Trus tiba-tiba sekeliling kita jadi merah menyala. Terus keponakan gue dateng. Gue bilang ayo kita naik sini dan mulai siram-siram rumah. Jadi kita mulai siram rumah tetangga. Tiba-tiba dateng pemadam kebakaran. Dan untungnya, di antara kita berlima, kita bisa padamkan. Gue termasuk yang beruntung, untungnya, tapi tetangga-tetangga gue, bro. Ini gede banget. Gimana kabarnya, teman-teman. Mereka ngeblokade segala hal, dan itu waktu mereka diskusi sama kita – “Eh, kalian enggak boleh keluar atau masuk lagi.” Mereka ngomong banget soal itu. Ada kompor kita di luar. Kita mau bikin kopi sekarang. Ada beberapa generator kalo dibutuhin. Anak-anak kita, keluarga kita, ponakan-ponakan kita. Semua orang dateng ke kita. Kira-kira jam 12, gelap banget di sini. Jadi malam, gue dateng sini sekitar tengah malam, bungkus diri, naik ke atas, duduk di kursi, dan cuma nonton lampu senter. Di saat itu, telepon polisi, minta mereka dateng dan cek. Yang bisa kita lakuin cuma ngunci semua dan berdoa aja.”

MEMBACA  Revitalisasi Stadion GBK Dipercepat, Siap Menyambut Jepang dan Arab Saudi dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026