Yahoo memakai AI untuk membuat rangkuman artikel ini. Artinya, informasi mungkin tak selalu sesuai dengan isi artikel. Melaporkan kesalahan membantu kami meningkatkan pengalaman.
Generate Key Takeaways
Menteri Dalam Negeri Alexander Dobrindt menyatakan bahwa polisi di seluruh Jerman harus dilengkapi dengan Taser.
Dobrindt mengatakan kepada grup media Funke bahwa ia akan memastikan kerangka hukum untuk melengkapi polisi dengan alat setrum tersebut diselesaikan tahun ini.
Ia menyebut Taser sebagai "sarana yang tepat" untuk menghadapi meningkatnya ancaman terhadap polisi di tempat umum.
Taser juga akan lebih melindungi petugas jika diserang dengan senjata tajam, seperti pisau, ujarnya.
Alat ini beroperasi pada jarak 2 hingga 5 meter, melumpuhkan sementara dengan sengatan listrik.
Namun, penggunaannya kontroversial karena berisiko terhadap jantung dan berpotensi menyebabkan henti jantung atau kematian.
Pernyataan Dobrindt muncul setelah seruan dari cabang Serikat Polisi Jerman di Niedersachsen untuk melengkapi polisi dengan Taser, menyusul penembakan fatal terhadap seorang pria kulit hitam berusia 21 tahun.
Pemuda itu, yang hanya diidentifikasi sebagai Lorenz sesuai hukum privasi Jerman, ditembak empat kali oleh polisi pada April lalu di Oldenburg.
Penyelidik menyatakan bahwa pria Jerman tersebut sebelumnya menyemprotkan gas iritan di luar klub malam dan melukai beberapa orang sebelum kabur.
Ketika petugas patroli mencoba menahannya, ia diduga mendekati mereka dengan ancaman dan menyemprotkan gas ke arah mereka.
Kasus ini memicu kemarahan di seluruh Jerman, dengan protes melawan rasisme dan kekerasan polisi terjadi di berbagai kota.