Aleem Maqbool, Editor Bidang Agama
Catherine Wyatt, Produser Urusan Keagamaan
BBC
"Sudah dua tahun yang sangat sulit," ujar Phil Rosenberg, Presiden Dewan Deputi Yahudi Inggris. "Saya rasa identitas ke-Yahudian kami kini dipikul dengan beban yang jauh lebih berat, mengingat segala kepedihan yang terjadi."
Konflik di Timur Tengah, katanya, telah memberikan dampak yang mendalam pada masyarakat Yahudi Inggris.
"Serangan tanggal 7 Oktober terasa sangat personal, tidak least karena ada warga Yahudi Inggris yang tewas dalam serangan awal dan orang-orang dengan keterkaitan Inggris yang disandera.
"Dan dalam perang yang menyusul, kehancuran di Gaza sangat menyakitkan untuk disaksikan. Lalu ada pula kebencian tajam yang mengelilingi seluruh konflik ini, serta lonjakan besar antisemitisme yang memuncak pada serangan-serangan mematikan."
Penembakan dahsyat di Bondi Beach akhir pekan lalu, yang menyasar komunitas Yahudi selama perayaan Hanukkah, dan serangan terhadap sebuah sinagoga di Manchester pada hari paling suci dalam kalender Yahudi, Yom Kippur, bersama dengan peristiwa-peristiwa di Timur Tengah selama dua tahun terakhir, secara kolektif telah membawa dampak luas bagi sekitar 300.000 warga Yahudi di Inggris.
Getty Images
Naveed Akram, tersangka yang selamat dari penembakan massal di Sydney, telah didakwa dengan 59 pelanggaran, termasuk 15 tuduhan pembunuhan dan satu tindakan terorisme.
Sejak perang 1967 di Timur Tengah, sulit untuk menemukan titik belok yang sedemikian jelas bagi masyarakat Yahudi Inggris, sebuah momen yang begitu nyata mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Terdapat pergeseran dalam perasaan aman banyak orang, dan bagaimana mereka merasa terhubung dengan komunitas lainnya. Dan bersamanya, ada juga beberapa bukti bahwa telah terjadi pergeseran dalam wacana tentang Israel—termasuk perbedaan generasi yang mulai tampak di kalangan Yahudi Inggris.
Pendapat di seluruh komunitas sangatlah beragam, namun inilah cara-cara di mana sejumlah warga Yahudi Inggris bercerita kepada saya tentang perubahan hidup yang mereka rasakan selama dua tahun terakhir.
Kejahatan Kebencian dan Antisemitisme
"Ada kadar tertentu di mana terasa seperti teman-teman Yahudi lebih mungkin untuk mengerti," kata Ben Dory, 33 tahun, yang tinggal di London. "Saya akhirnya berteman dengan lebih banyak orang Yahudi dan juga lebih terlibat dengan komunitas Yahudi."
Selain mengambil peran lebih besar di sinagogenya, ia juga lebih aktif berkampanye melawan antisemitisme. Hal itu sebagian datang karena perubahan besar dalam perasaan amannya sendiri.
"Saya kenal orang-orang Yahudi yang, jika mereka pergi ke sinagoga, akan menyimpan kippah (peci) mereka di saku hingga saat mereka melewati pintu, dan melepasnya kembali saat mereka keluar."
NurPhoto via Getty Images
Ben Dory mengatakan beberapa orang menyembunyikan kippah mereka hingga berada di dalam sinagoga karena kekhawatiran keamanan.
Menyusul serangan di Australia akhir pekan lalu, Ben mengatakan kepada saya ia merasa "terkejut, tapi tidak terkejut," seraya menyebutkan itu mengikuti pola "kegilaan antisemitisme global."
"Sudah lama menjadi kenyataan bahwa acara-acara terkait Israel tidak terasa aman. Tapi sekarang orang Yahudi merasa mereka berada dalam ancaman konstan, bahkan dalam perkumpulan budaya dan agama yang non-politik," ujarnya.
Ia menjadi lebih, apa yang ia sebut "politis," dalam dua tahun terakhir—dan lebih vokal serta bergairah dalam dukungannya untuk Israel. Sampai batas tertentu, itu adalah respons yang ia katakan didorong oleh peningkatan kebencian anti-Yahudi.
Terdapat 1.543 kejahatan kebencian yang menyasar orang Yahudi di Inggris dan Wales dalam tahun hingga Maret 2023, meningkat menjadi 3.282 pada Maret 2024, menurut Kantor Dalam Negeri.
Data untuk tahun berikutnya belum lengkap. Namun Community Security Trust, kelompok yang memantau jumlah insiden antisemit di Inggris selama hampir 40 tahun, menyatakan level dalam dua tahun terakhir adalah yang tertinggi sejak pencatatan dimulai.
"Orang-orang Yahudi yang saya kenal, lebih dari sebelumnya, menyadari kebutuhan akan Israel yang aman untuk berjaga-jaga jika mereka perlu melarikan diri ke sana," kata Ben.
Ben Dory (kiri) mengatakan ia "terkejut, tapi tidak terkejut" dengan serangan di Bondi Beach. Tash Hyman (tengah) mengatakan ia merasa kurang aman sebagai orang Yahudi di Inggris saat ini dan Lavona Zarum (kanan) menggambarkan bagaimana beberapa temannya menjauh darinya.
Sejak berdirinya negara Israel pasca Holocaust, gagasan bahwa Israel diperlukan sebagai "tempat perlindungan aman" tetap ada bagi banyak orang Yahudi—dan ini telah meningkat karena peristiwa-peristiwa baru-baru ini, menurut banyak narasumber yang saya ajak bicara.
"Saya belum pernah merasa serentan sekarang sebagai seorang Yahudi," ujar Dame Louise Ellman, mantan anggota parlemen, "dan perasaan ini saya dapati terulang pada setiap orang yang saya ajak bicara di komunitas Yahudi."
Ia keluar dari Partai Buruh pada 2019 karena kekhawatiran atas antisemitisme di partai, bergabung kembali pada 2021; ia juga ketua independen bersama Dewan Deputi, badan terbesar yang mewakili Yahudi di Inggris.
Dame Louise biasa menghadiri sinagoga Heaton Park di Manchester Utara. Ia menikah di sana dan upacara Bar Mitzvah putranya diadakan di sana.
Di sinilah pula serangan pada Oktober terjadi, yang menewaskan dua korban dan melukai tiga lainnya secara serius hingga memerlukan perawatan rumah sakit.
Keterikatan eratnya dengan sinagoga itu memperdalam rasa syok yang ia rasakan. "Orang-orang semakin khawatir, merasa tegang dan merasa sendiri," katanya.
"Saya merasa ini sangat menyedihkan."
Getty Images
Serangan terhadap sinagoga Heaton Park pada Oktober menewaskan dua korban dan melukai tiga lainnya secara serius.
Semua ini, jelasnya, telah membawanya pada posisi dukungan yang lebih teguh bagi Israel. Saya sepenuhnya menyadari bahwa sejumlah orang, khususnya kaum muda, memandang hal ini dengan cara berbeda, namun itu merupakan kelompok minoritas yang sangat kecil.
Salah satu yang mencapai kesimpulan amat berbeda mengenai Israel adalah Tash Hyman, sutradara teater berusia 33 tahun dari London. Meski dua tahun terakhir, ia menjelaskan, membuatnya merasa lebih terhubung dengan ke-Yahudiannya—misalnya, ia lebih mendalami tradisi aktivisme Yahudi—ia tidak merasakan dukungan lebih besar terhadap Israel.
"Saya tumbuh dalam konteks religius di mana identitas Yahudi saya sangat terjalin dengan negara Israel, namun saya benar-benar mulai mempertanyakannya," ujarnya. "Intinya bagi saya sekarang adalah tindakan negara Israel justru membuat saya merasa tidak lebih aman, bahkan kurang aman."
"Hal itu membuat saya kurang aman di Inggris karena apa yang mereka lakukan di Gaza." Ia menolak gagasan bahwa Israel adalah "surga aman" bagi Yahudi Inggris.
Sekitar 1.200 orang tewas saat Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 250 orang disandera. Sejak itu, menurut kementerian kesehatan Gaza yang dijalankan Hamas, lebih dari 70.000 warga Palestina telah terbunuh akibat aksi militer Israel.
Tash mengatakan, karena beberapa orang berasumsi bahwa orang Yahudi mendukung tindakan Israel, penting bagi mereka yang tidak mendukung untuk memperjelas bahwa ada oposisi terhadap apa yang Israel lakukan dari dalam komunitas Yahudi itu sendiri.
Kini ia rutin bersinagoge namun telah mengelilingi diri dengan mereka yang sepaham secara politis—menyebutkan bahwa serangan Hamas dan perang di Gaza telah membuat perdebatan bernuansa antar-Yahudi Inggris tentang Israel semakin sulit.
"Memang terasa ada polarisasi dan ketidakmampuan nyata untuk berdialog melintasi sekat, karena perbedaannya begitu besar."
Zionisme: sebuah jurang generasi
Data dari Institute for Jewish Policy Research (JPR), lembaga pemikir Inggris, yang dikumpulkan sebelum serangan Manchester dan diterbitkan pada Oktober, menunjukkan adanya perbedaan generasi dalam pandangan di kalangan Yahudi Inggris terkait Israel.
Studi terhadap 4.822 Yahudi Inggris berusia di atas 16 tahun menunjukkan bahwa jumlah yang mengidentifikasi sebagai "Zionis" secara keseluruhan adalah 64%, namun di kelompok usia 20-30 tahun, hanya 47%. Sementara itu, 20% dari kelompok usia itu menyebut diri "non-Zionis" dan 24% sebagai "anti-Zionis". (Responden dibebaskan menafsirkan label tersebut.)
Proporsi Yahudi yang mengidentifikasi sebagai anti-Zionis sejak 2022 meningkat di semua kelompok usia, namun begitu pula jarak antara kelompok lebih tua dan lebih muda. Misalnya, 3% responden berusia 50-59 tahun pada 2022 menyatakan anti-Zionis, selisih 10 poin dibanding kelompok 20-29 tahun. Pada 2024, selisihnya menjadi 17 poin—dengan 7% kelompok 50-59 tahun menyatakan anti-Zionis, dibandingkan 24% pada kelompok muda.
Robert Cohen, mahasiswa doktoral di King’s College London, telah melakukan penelitian sendiri mengenai Yahudi di Inggris yang kini kritis terhadap tindakan Israel di Gaza, serta apa yang membawa mereka pada posisi itu.
Antara Februari 2023 dan Oktober 2024, ia mewawancarai 21 orang yang mengambil sikap tersebut dan berupaha menerangkan mengapa jarak generasi mungkin sedang melebar.
Ia percaya bahwa bagi sebagian kaum muda, sikap mereka adalah hasil dari apa yang disebutnya "etika Yahudi Inggris" mereka mengenai isu-isu seperti keadilan dan amal, yang bersatu dengan "sensibilitas Generasi Z" mereka.
"Kita tahu Gen Z dicirikan oleh keaslian, sangat inklusif, sangat menekankan isu keadilan," paparnya. "Dan saya dapat melihat di antara kelompok penelitian saya ada penggabungan hal-hal tersebut dengan etika dari pengasuhan Yahudi mereka."
Yang lain saya ajak bicara, termasuk Ben Dory, menyatakan bahwa perpecahan generasi dalam pandangan tentang Israel mungkin terkait dengan kaum muda yang memiliki hubungan langsung yang lebih sedikit dengan Holocaust dan kurangnya kesadaran akan dampaknya.
Robert Cohen juga menyebutkan bahwa Yahudi Inggris yang diwawancarainya dan ingin bersuara menentang tindakan Israel di Gaza seringkali ingin melakukannya bersama orang lain dari komunitas yang paling memahmi mereka, merujuk pada "blok Yahudi" di unjuk rasa pro-Palestina.
Ia juga berbicara tentang kecemasan yang dirasakan beberapa orang atas reaksi tidak simpatik terhadap serangan Hamas.
"Beberapa jelas terganggu oleh fakta bahwa mereka dapat melihat runtuhnya sama sekali empati terhadap korban Yahudi Israel dari peristiwa 7 Oktober."
Dengan mengambil sikap kritis terhadap Israel, banyak dari mereka yang diajak bicara telah berselisih dengan teman atau keluarga.
Namun dalam dua tahun terakhir, banyak Yahudi Inggris muda lainnya menjadi lebih teguh mendukung Israel, dan hal itu juga mungkin telah memengaruhi hubungan dengan orang-orang di sekitar mereka.
‘Kelompok teman saya menjauh dariku’
Lavona Zarum lahir di Israel dan dibesarkan di London. Pada saat serangan 7 Oktober, ia adalah seorang mahasiswa dan baru saja ditunjuk sebagai presiden Jewish Society di Universitas Aberdeen.
"Saya ditinggalkan oleh cukup banyak orang," kenangnya. Perlahan-lahan sepanjang musim panas itu, gadis-gadis dalam kelompok pertemanan utama ku mulai menjauhi diriku.
Ia mengenang betapa terisolasinya ia merasa—dan betapa sulitnya baginya berbicara dengan banyak mahasiswa non-Yahudi mengenai perasaannya tentang serangan di Israel dan perang yang menyusul.
Ia juga tersinggung oleh sejumlah unggahan media sosial tertentu dari orang-orang yang ia kenal—beberapa di antaranya tentang "menglobalkan intifada".
"Orang-orang merasa sangat nyaman mengatakan apa yang mereka inginkan, sementara aku sangat berhati-hati untuk tidak benar-benar membicarakannya. Aku seperti menarik diri ke dalam diriku sendiri."
Lavona kini berusia 21 tahun. Sejak itu, ia lebih tertarik pada pertemanan di mana ia merasakan ada rasa saling menghormati, meski mereka memiliki perbedaan pendapat.
Ia juga mengunjungi Israel enam bulan setelah 7 Oktober melalui sebuah program persaudaraan dengan Union of Jewish Students, mengunjungi beberapa lokasi yang diserang Hamas di mana ia mengatakan orang-orang "berbicara dengan baik, mendengarkan, dan berbagi gagasan" meski terdapat sejumlah perbedaan opini.
"Dunia sedikit lebih antisemit daripada yang sebelumnya mau kupercayai," tambahnya. "Tapi hal ini mengajariku untuk memasuki diskusi dengan lebih sengaja dan penuh pertimbangan, serta mendukung keyakinanku sendiri."
Perpecahan di Dalam Dewan
Selama dua tahun terakhir, Dewan Deputi Yahudi Inggris (Board of Deputies of British Jews) menghadapi pertanyaan mereka sendiri tentang bagaimana mengadakan debat mengenai Israel.
Awal tahun ini, 36 anggota dewan menandatangani surat terbuka yang diterbitkan di Financial Times, memprotes "pemerintahan Israel yang paling ekstrem ini" dan kegagalannya membebaskan para sandera yang ditahan sejak 7 Oktober.
"Jiwa Israel sedang tercabik dan kami… khawatir akan masa depan Israel yang kami cintai," bunyi surat itu.
Lima anggota Dewan ditangguhkan karena menghasut penulisan surat tersebut. Komite Konstitusi Dewan menemukan bahwa mereka telah melanggar kode etik dengan menciptakan "kesan menyesatkan bahwa [surat] ini adalah dokumen resmi dari seluruh Dewan".
Namun bagi sebagian orang, surat itu mewakili momen penting di mana beberapa percakapan tentang Israel yang terjadi secara privat dalam komunitas Yahudi Inggris dapat dilakukan di depan publik.
Phil Rosenberg berargumen bahwa perdebatan sehat di antara 300 deputi telah lama berlangsung. Kekhawatiran utamanya sekarang adalah keamanan warga Yahudi Inggris tetapi juga cara komunitas memandang dirinya sendiri.
"Kami memiliki serangkaian kegiatan untuk menghadapi antisemitisme," katanya. "Tapi kami juga percaya bahwa komunitas tidak hanya perlu melihat dirinya sendiri, dan dilihat, melalui kacamata penderitaan."
"Sudah tidak tepat bahwa satu-satunya peringatan publik atas kehidupan Yahudi di negara ini adalah Hari Peringatan Holocaust. Dan satu-satunya pendidikan wajib adalah pendidikan Holocaust. Kedua hal ini sangat penting, tapi itu bukanlah keseluruhan pengalaman orang Yahudi."
Phil Rosenberg (dalam gambar) mengatakan salah satu keprihatinan utamanya adalah keamanan warga Yahudi.
Kembali pada Mei 2024 ketika ia pertama kali menjadi presiden dewan, Phil Rosenberg pernah berbicara tentang tujuan untuk lebih merayakan kontribusi yang dibuat oleh orang Yahudi terhadap kehidupan Inggris. Peristiwa-peristiwa dua tahun terakhir ini, katanya, merugikan tujuan tersebut.
"Perang pasti membuatnya lebih sulit karena ketika Anda membuka publikasi media Yahudi atau publikasi nasional, semuanya adalah berita buruk."
"Saat ini, sebagai seorang Yahudi di Inggris, bisa terasa sulit untuk merasa baik tentang berbagai hal dan sulit untuk merasa positif."
Adapun perbedaan generasi di antara warga Yahudi Inggris mengenai pandangan tentang Israel, Robert Cohen memprediksi bahwa situasi di lapangan di Timur Tengah, dan apakah itu menghasilkan hak yang lebih besar bagi warga Palestina, akan menentukan apakah perbedaan itu menjadi lebih tajam.
Bagi Ben Dory, terutama setelah serangan di Bondi Beach dan Manchester, kekhawatiran utama ke depannya adalah tentang keamanan.
"Saya pikir masa depan orang Yahudi di Inggris benar-benar berada di ujung tanduk," katanya.
"Dan bagaimana Inggris sebagai sebuah negara memilih untuk menanggapi tantangan ini dalam waktu sangat singkat akan sangat penting bagi apakah Inggris dalam jangka panjang dapat terus menjadi tempat yang dirasakan aman oleh orang Yahudi." Dalam kapasitasnya sebagai seorang konsultan senior, beliau bertanggung jawab untuk merumuskan strategi operasional jangka panjang serta mengawasi implementasinya di seluruh divisi terkait. Selain itu, beliau juga aktif memberikan pembinaan kepada para manajer muda guna meningkatkan kapasitas kepemimpinan mereka. Kontribusinya telah berperan signifikan dalam mendorong efisiensi dan inovasi di lingkungan perusahaan secara keseluruhan.