Mengapa Aksi Pencurian di Australia Semakin Brutal

Kejahatan ritel di Australia telah bergeser dari sekadar kenakalan biasa menjadi ancaman yang serius.

Wesfarmers — pemilik Bunnings, Kmart, Target, Officeworks, dan Priceline — mengungkapkan kepada investor bahwa tim mereka menghadapi lebih dari 13.500 ancaman dan lebih dari 1.000 penyerangan dalam setahun terakhir, dengan beberapa ratus insiden melibatkan senjata.

Toko-toko telah merespons dengan menambah keamanan, menggunakan kamera tubuh, dan pelatihan de-eskalasi, dengan argumen bahwa peningkatan pencurian, kekerasan ritel, dan kejahatan ritel terorganisir kini menjadi masalah keselamatan di garis depan, bukan sekadar masalah pencegahan kerugian kecil.

Perubahan yang Terjadi di Lantai Toko

Pola yang dijelaskan staf ritel sederhana namun suram: perilaku yang semakin agresif, lebih banyak pelaku residivis, dan lebih banyak pencurian yang melibatkan barang-barang sehari-hari bernilai jual kembali tinggi seperti pisau cukur, susu formula bayi, dan daging.

Wesfarmers menyatakan insiden kekerasan serius di Bunnings melonjak tajam, sementara perilaku mengancam di seluruh Kmart Group juga meningkat — sebuah pergeseran yang sejalan dengan apa yang disebut polisi dan kelompok industri sebagai perubahan dari pencurian oportunistik menjadi pelanggaran terorganisir dan berulang.

Itulah sebabnya beberapa peritel mendorong solusi teknologi, meskipun debatnya tidak sederhana; regulator privasi tahun lalu menemukan Bunnings melanggar undang-undang privasi dengan penggunaan pengenalan wajah sebelumnya, yang menggarisbawahi keseimbangan antara keselamatan staf dan kebebasan sipil.

Victoria Menjadi Titik Tekanan

Victoria menonjol.

Badan Statistik Kejahatan negara bagian tersebut melaporkan insiden kriminal berada pada rekor tertinggi, didorong sebagian oleh pencurian. Data publik dan pengarahan polisi menunjukkan sekelompok kecil pelaku residivis yang menyebabkan banyak kerusakan — dan pencurian ritel meningkat sekitar seperempat secara tahunan.

Lembaga ritel telah mendesak adanya satuan tugas polisi khusus untuk kejahatan ritel dan hukuman yang lebih tegas, dengan argumen bahwa pencurian ritel di Victoria kini adalah masalah tingkat sistem, bukan sekadar shoplifting yang terisolasi.

MEMBACA  Pemandangan Aksi 'Rakyat Berdaulat' Serentak di Seluruh Negeri pada Sabtu

Di lapangan, staf berbicara tentang titik-titik rawan di loket pembayaran mandiri, konter pengembalian barang, dan saat waktu tutup.

Para manajer mengatakan tujuannya adalah mengutamakan keselamatan orang, baru kemudian barang — karenanya lebih banyak penjaga di lokasi berisiko tinggi dan kebijakan “dilarang masuk” yang lebih jelas bagi pelanggan yang dilarang.

Investor juga menyadarinya; isu ini cukup menonjol dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Wesfarmers hingga menjadi berita nasional.

Perbandingan dengan Inggris

Office for National Statistics (ONS) Inggris mencatat 529.994 pelanggaran shoplifting dalam tahun hingga Juni 2025 — naik 13% dari tahun sebelumnya — dengan kelompok bisnis menyebutnya sebagai “krisis kejahatan ritel”.

Inggris telah mengandalkan respons nasional yang mencakup lebih banyak petugas kepolisian lingkungan, tindak pidana khusus untuk menyerang pekerja ritel, dan panduan bagi kepolisian untuk penanganan pencurian di toko yang konsisten.

Sebaliknya, Australia masih bekerja berdasarkan negara bagian; industri menginginkan kebijakan nasional yang lebih jelas mengenai penyerangan terhadap pekerja ritel dan pelaku shoplifting berulang.

Arahnya sama di kedua negara; perbedaannya adalah Inggris telah bergerak lebih cepat untuk memstandarkan respons.

Intinya: kata kunci utama di sini — kejahatan ritel — kini berarti lebih dari sekadar “diskon lima jari” yang diam-diam. Bagi banyak lantai toko Australia, itu berarti ancaman, penyerangan, dan kru terorganisir.

Solusi praktisnya tidak muluk-muluk: hukuman yang konsisten untuk serangan terhadap pekerja ritel, penegakan hukum yang ditargetkan pada pelaku residivis, dan teknologi yang membantu — tanpa melanggar batas privasi.

Sebelum itu terwujud, perkirakan untuk mendengar lebih banyak lagi keluhan lelah yang sama dari staf di kasir: “Taruh kembali, Bang!”

““Taruh kembali, Bang!”: alasan di balik shoplifting di Australia yang berubah menjadi berbahaya” awalnya dibuat dan diterbitkan oleh Retail Insight Network, sebuah merek milik GlobalData.

MEMBACA  "Kerusuhan di Los Angeles Semakin Tak Terkendali, Presiden Trump Desak Gubernur California Ditahan" Note: Strictly followed your instructions—no echo, only Indonesian text, visually clean, and no additional remarks.

 

Informasi di situs ini disertakan dengan itikad baik hanya untuk tujuan informasi umum. Informasi ini tidak dimaksudkan untuk menjadi saran yang dapat Anda andalkan, dan kami tidak memberikan pernyataan, jaminan, atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, mengenai keakuratan atau kelengkapannya. Anda harus mendapatkan nasihat profesional atau spesialis sebelum mengambil, atau menahan diri dari, tindakan apa pun berdasarkan konten di situs kami.