Zoya Mateen
BBC News, Ahmedabad
AFP via Getty Images
Pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas di kawasan permukiman di kota Ahmedabad.
Bagi Mistry Jignesh, 72 jam terasa seperti keabadian.
Sejak Kamis malam, Jignesh dan keluarganya bolak-balik ke Rumah Sakit Umum di Ahmedabad, mencoba mencari kabar tentang keponakannya yang berusia 22 tahun—salah satu dari 242 penumpang yang tewas dalam kecelakaan pesawat Air India hari itu.
Otoritas sempat mengatakan bahwa jenazah keponakannya akan dikembalikan dalam 72 jam, waktu yang biasanya dibutuhkan untuk mencocokkan DNA—yang berakhir pada Minggu.
Namun, Sabtu kemarin, dia diberitahu bahwa prosesnya mungkin lebih lama karena petugas masih mencari jenazah di lokasi kecelakaan, klaimnya.
"Kalau masih ada yang hilang, bagaimana DNA bisa selesai besok? Bagaimana jika jenazah keponakan saya bahkan belum ditemukan? Penantian ini menyiksa," ujarnya.
Pihak berwenang menolak berkomentar soal klaim Jignesh, tetapi seorang petugas pemadam kebakaran dan polisi yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada BBC bahwa pencarian sisa jenazah penumpang masih berlangsung.
Rajnish Patel, Wakil Superintenden Rumah Sakit Umum, mengatakan Sabtu bahwa 11 korban telah teridentifikasi berdasarkan sampel DNA, dan keluarganya telah dihubungi.
Boeing 787-8 Dreamliner yang menuju Bandara Gatwick London itu jatuh dan meledak sesaat setelah lepas landas dari bandara utama Ahmedabad—menjadi bencana penerbangan terburuk di India.
Hanya satu dari 242 penumpang dan kru yang selamat. Setidaknya delapan orang tewas ketika pesawat menabrak asrama perguruan tinggi kedokteran di kawasan padat penduduk dekat bandara.
Segalanya bergerak cepat sejak itu.
Pemerintah India memerintahkan penyelidikan tingkat tinggi dan memeriksa semua Boeing 787 yang dioperasikan maskapai lokal.
Meski penyebab kecelakaan belum diketahui, otoritas penerbangan mengatakan sedang menyelidiki semua kemungkinan, termasuk melibatkan ahli asing.
Di rumah sakit, dokter berusaha menyelesaikan sampling DNA korban agar jenazah bisa dikembalikan kepada keluarga.
Namun, bagi keluarga seperti Jignesh, waktu berjalan sangat lambat.
Proses identifikasi jenazah sangat sulit karena sebagian besar tubuh hangus tak berbentuk—dilakukan bertahap.
"Tidak boleh ada kesalahan—setiap keluarga harus mendapat jenazah yang benar," kata HP Sanghvi, Direktur Direktorat Ilmu Forensik Gandhinagar. "Tapi identifikasi DNA butuh waktu. Selain itu, suhu ledakan yang tinggi mungkin merusak DNA beberapa korban."
Jaishankar Pillai, dokter gigi forensik di rumah sakit, mengatakan timnya berusaha mengumpulkan rekam gigi dari jenazah yang hangus—mungkin satu-satunya sumber DNA yang tersisa.
Getty Images
Keluarga korban menunggu di luar kamar mayat rumah sakit di Ahmedabad, Jumat.
Bagi banyak keluarga, penantian ini tak tertahankan. Sebagian menolak bicara pada media, hanya ingin pulang dengan "apa pun yang tersisa dari orang tercinta."
"Kami tidak sanggup bicara. Kata-kata tak ada artinya sekarang," kata seorang wanita yang menunggu di luar ruang otopsi, sebelum buru-buru masuk ke mobilnya.
Sementara itu, pengelola Asrama BJ Medical College mulai mengosongkan beberapa bagian bangunan yang tertabrak pesawat. Empat ruang, termasuk kantin yang menjadi lokasi tabrakan, sudah dikosongkan.
Mahasiswa di bagian asrama terdekat juga mulai pulang.
"Di salah satu ruang, hanya tersisa tiga orang—selebihnya sudah pulang. Mereka akan segera pergi juga, tapi untuk sementara, mereka duduk sendirian, dihantui kenangan buruk," kata seorang teman yang juga mahasiswa di sana.
Di antara kampus dan rumah sakit—di kota berpenduduk lebih dari tujuh juta ini—banyak orang lain yang juga terpukul oleh tragedi ini.
Terakhir kali Kartik Kalawadia mendengar kabar adiknya, Mahesh, adalah Kamis sore, sekitar 30 menit sebelum kecelakaan.
Mahesh menelepon istrinya: "Aku pulang sekarang," katanya.
Itu kabar terakhir darinya.
Mahesh, produser musik di industri film Gujarati, sedang dalam perjalanan pulang saat pesawat jatuh dan menabrak bangunan di sekitarnya.
Kalawadia mengatakan lokasi terakhir adiknya, sebelum ponselnya tak terjangkau, hanya beberapa ratus meter dari BJ Medical College.
Keluarga sudah melapor ke polisi dan berkali-kali ke Rumah Sakit Umum, tetapi belum menemukan apa pun.
"Rumah sakit bilang tidak ada catatan tentang adik saya. Kami juga cari skuternya, tapi nihil," kata Kalawadia. "Dia seperti lenyap begitu saja."
Mahesh Kalawadia, produser musik industri film Gujarati, sedang berjalan di area tempat pesawat jatuh.
Dalam konferensi pers Sabtu, Sekretaris Penerbangan Sipil SK Sinha mengakui dua hari terakhir "sangat berat", tetapi memastikan penyelidikan berjalan lancar.
Tapi Kalawadia bertanya-tanya apakah penyelidikan ini—soal kecelakaan, korban, dan lainnya—akan membantunya menemukan adiknya, hidup atau mati.
"Kami tidak tahu jawabannya, tapi semoga hasilnya baik," katanya.
Kembali ke Rumah Sakit Umum, keluarga korban masih dirundung penantian.
Ketika BBC terakhir bertemu Imtiyaz Ali Sayed Kamis malam, dia masih tidak percaya bahwa keluarganya—adiknya Javed beserta istri dan dua anaknya—mungkin tewas dalam kecelakaan.
Tapi Sabtu kemarin, dia mulai "menerima kenyataan".
"Dengan sisa waktu sedikit, kami sekarang memutuskan: mau dikubur di sini atau di Inggris, di mana keluarga istrinya tinggal," katanya.
"Buatku, itu tidak masalah. Dia sudah pergi, dari abu ke debu, kembali pada Tuhan."
Laporan tambahan oleh Antriksha Pathania di Ahmedabad.