Mantan Pejabat Tinggi Rancang Strategi untuk Kalahkan Hamas

Mantan Kepala Perencanaan IDF Erez Wiener mengatakan Israel harus menguasai Kota Gaza, mengontrol bantuan kemanusiaan, dan memindahkan warga sipil, yang menurutnya akan mengakhiri perang dalam 100 hari.

“Mungkin sekaligus perlu untuk menaklukkan Gaza,” ujar Brigjen (Purn.) Erez Wiener, mantan asisten Kepala Staf IDF dan kepala tim perencanaan operasional di Komando Selatan, dalam wawancara radio bersama Erel Segal dan Eyal Berkovic di 103FM pada Rabu.

Menurut Wiener, jumlah sebenarnya penduduk Gaza adalah 1,5 juta, dan untuk mengakhiri kampanye secara definitif, tiga prinsip harus diikuti—prinsip yang sama yang relevan setahun lalu dan masih berlaku hingga kini.

Tiga Prinsip untuk Kemenangan

“Prinsip pertama adalah kontrol penuh atas bantuan kemanusiaan—ini layak dan bisa dicapai, seperti yang terbukti di bagian selatan Jalur Gaza. Ini tidak diperluas karena elemen tertentu di IDF memilih untuk tidak melakukannya.”

“Prinsip kedua adalah memisahkan penduduk dari teroris. Tak perlu mendirikan kota kemanusiaan untuk ini. Ada contoh bagus—Yasser Abu Shabab—yang kini mengatur 80.000 orang, memberi mereka makan, dan memenuhi kebutuhan mereka. Saya memakai sosok yang kini bekerja sama dengan saya, dan ada lima atau enam lainnya seperti dia, klan berbeda yang bersedia melakukan hal serupa.”

“Selain itu, ada rencana mendirikan kamp buat 5.000 hingga 20.000 warga Gaza yang telah dibersihkan dari Hamas.”

Pengungsi Palestina berlindung di tenda-tenda di kamp pengungsian Jabalya, Jalur Gaza utara, 8 Mei 2025. (Sumber: REUTERS/Mahmoud Issa)

“Dan semua ini tidak memakan biaya sepeser pun dari negara. Dananya sudah ada, cuma dialokasikan ke jalur yang salah. Uang itu kini dipakai untuk ‘melumasi’ organisasi yang tidak relevan.”

“Prinsip ketiga adalah menaklukkan Kota Gaza dan mengosongkan penduduk yang tersisa dari sana, karena di situlah letak komandan militer senior terakhir di Jalur Gaza—Izz al-Din al-Haddad. Begitu Kota Gaza ditangani, seluruh Jalur Gaza akan tersisa antara Nahal Oz dan al-Mawasi, dan dalam kondisi itu, tekanan bukan lagi pada Israel, melainkan Gaza.”

MEMBACA  Dua kereta otonom untuk melayani Nusantara: Menteri Sumadi

Oposisi dalam IDF terhadap Rencana

Wiener juga menanggapi laporan oposisi dalam IDF terhadap rencana ini, terutama dari Kepala Staf saat ini.

“Kepala Staf bilang ia anggap ini kesalahan dan mengusulkan rencana lain, tapi rencananya tak menawarkan solusi. Makanya rencana saya memberi solusi—mencakup kontrol bantuan kemanusiaan, pemindahan penduduk, penaklukkan wilayah, dan saya tak lupa soal sandera.”

“Rencana ini menyediakan solusi terbaik. Lagi pula, tidak ada kesepakatan. Semua paham tidak ada kesepakatan. Tidak benar mereka akan kembalikan sandera demi gencatan senjata. Jangan menipu keluarga malang—tidak ada kesepakatan seperti itu. Netanyahu sudah berusaha maksimal, bahkan lebih, untuk capai kesepakatan.”

Keakraban dengan Rencana

Wiener juga membahas sejauh mana Kepala Staf mengenal rencana penaklukkan ini dari masa jabatannya sebagai Kepala Komando Selatan.

“Ia tidak cuma tahu, ia menyetujuinya. Sebelum diangkat jadi Kepala Staf, ia mengenal rencana yang diajukan ke Herzi Halevi dan bilang itu kurang agresif. Dia minta wewenang buat meranc