Mantan Anggota Pasukan Khusus Korea Selatan, Dalgeun Yu, Didenda karena Menyerang Streamer Amerika Kontroversial Johnny Somali

Seorang mantan prajurit elit dari Tim Pemusnahan Bawah Air Korea Selatan (UDT/SEAL), yang kini menjadi YouTuber terkenal, telah didenda oleh sistem peradilan Korea Selatan setelah secara publik menyerang streamer Amerika yang terkenal, Johnny Somali. Insiden tersebut, yang terekam dalam video dan dengan cepat menyebar luas, telah memicu kembali perdebatan nasional tentang keadilan vigilan, tanggung jawab pencipta konten online, dan konsekuensi hukum dari kerusuhan publik.

Latar Belakang: Perilaku Provokatif Johnny Somali di Korea Selatan

Streamer yang menjadi pusat kontroversi, Ramsey Khalid Ismael, yang dikenal secara online sebagai Johnny Somali, naik daun di Korea Selatan sepanjang tahun 2024 karena pola perilaku yang mengganggu dan secara budaya menyinggung. Siaran langsungnya, yang utamanya disiarkan di TikTok dan YouTube, menampilkan serangkaian aksi provokatif. Banyak dari tindakan ini dianggap sangat tidak hormat oleh warga Korea Selatan dan pihak berwenang.

Insiden terkenal termasuk:

Menari dan merekam secara tidak pantas di Patung Perdamaian, monumen nasional yang memperingati korban perbudakan seksual selama perang Jepang

Menyebabkan kerusuhan di dalam toko-toko serba ada, termasuk dengan sengaja membuang sampah dan mencemooh karyawan di kamera

Mengganggu transportasi umum dengan naik kereta dengan kamera dan sengaja mengganggu penumpang

Berteriak makian rasial dan nasionalis di tempat umum sambil menyiarkan langsung

Tindakan-tindakan ini dengan cepat menimbulkan kemarahan publik. Banyak warga Korea menandainya sebagai provokator yang mencari perhatian melalui antagonisme dan ketidakhormatan budaya. Seiring dengan popularitasnya yang meningkat, demikian pula upaya lokal untuk mengganggu siaran langsungnya. Warga mulai “stream sniping” dia, menemukan dan mengganggu siaran langsungnya secara langsung.

Konfrontasi: Pukulan yang Tertangkap Kamera

Pada Oktober 2024, Dalgeun Yu, mantan anggota Pasukan Khusus Angkatan Laut Korea Selatan, mengidentifikasi lokasi Johnny Somali, menghadapinya secara publik, dan menyerangnya dengan satu pukulan kuat. Video tersebut, difilmkan dan diunggah oleh Yu sendiri, menunjukkan Somali roboh seketika setelah terkena pukulan.

MEMBACA  Suriah Deklarasikan Gencatan Senjata Baru di Suwayda, Kerahkan Pasukan untuk ‘Pulihkan Keamanan’ | Berita Perang Suriah

Yu kemudian mengunggah ke Instagramnya, menyatakan:

“Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan sebagai warga Korea.”

Rekaman tersebut menimbulkan debat publik yang intens. Banyak warga Korea memuji Yu sebagai sosok patriotik yang membela martabat nasional secara fisik. Orang lain, termasuk pakar hukum, menyatakan keprihatinan atas tindakan vigilan yang diagungkan di platform media sosial.

Konsekuensi Hukum: Dalgeun Yu Didenda Menurut Hukum Pidana Korea

Meskipun mendapat dukungan luas, hukum Korea Selatan tidak mengizinkan kekerasan fisik, bahkan terhadap individu yang sangat tidak disukai atau dianggap sebagai penyerang budaya. Di bawah Undang-Undang Pidana Korea Selatan, Pasal 257 dan 260, dengan sengaja menyebabkan cedera tubuh dapat dihukum dengan penjara atau denda, terlepas dari motif atau provokasi.

Yu didenda 1,5 juta won (sekitar $1.100) pada awal 2025. Namun, Yu mengklaim bahwa biaya hukum total, termasuk kewajiban sipil dan biaya pengadilan, bisa mencapai 10 juta won (sekitar $7.300). Dia sejak itu meminta dukungan keuangan dari pengikutnya di YouTube dan Instagram melalui sumbangan PayPal untuk mengimbangi denda tersebut.

“Harap dukung saya dalam perjuangan ini. Saya berdiri untuk negara kita dan sekarang saya membayar harganya,” tulis Yu dalam posting Maret 2025.

Analis hukum dan YouTuber Legal Mindset, yang mewawancarai Yu pada tahun 2024, menjelaskan bahwa denda saat ini adalah 1,5 juta won Korea. Tidak ada tuduhan tambahan, seperti penyerangan dengan maksud melukai, yang diajukan. Dana dari denda akan diserahkan kepada pemerintah Korea Selatan, bukan kepada Somali, sebagai kompensasi.

Reaksi Publik: Negara yang Terbagi Atas Keadilan Vigilan

Insiden ini telah membagi pendapat publik baik secara domestik maupun internasional. Di portal web Korea, seperti Naver, dan forum seperti DC Inside, pengguna membanjiri thread dengan dukungan untuk Yu. Banyak menyebutnya sebagai patriot sejati dan tentara zaman modern yang melindungi kehormatan nasional.

MEMBACA  Pelapor menarik gugatan pemerkosaan terhadap Jay-Z dan Sean Diddy Combs

Sebaliknya, beberapa sarjana hukum dan advokat hak asasi manusia memperingatkan bahwa memperlunak keadilan vigilan bisa membawa pada preseden berbahaya. Tokoh publik atau warga bisa mengambil hukum ke tangan mereka sendiri tanpa proses yang benar.

Liputan internasional atas cerita ini telah menyoroti benturan budaya. Di Korea, rasa hormat, tata krama, dan struktur hukum sangat penting, sementara platform-platform Barat menghargai livestreamer yang menghasilkan kontroversi untuk mendapatkan viralitas.

Masalah Hukum yang Berlanjut untuk Johnny Somali

Sementara Yu menghadapi denda dan tidak mendapat hukuman penjara, masalah hukum Johnny Somali justru semakin intens. Streamer itu telah mengaku bersalah atas beberapa tuduhan yang diajukan terhadapnya di Korea Selatan dan saat ini menunggu hukuman.

Vonis yang Dikonfirmasi

Membuat dan menyebarkan konten deepfake

Tuduhan yang Ditolak

Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur

Penyebaran informasi palsu mengenai penularan HIV

Menyiarkan propaganda Korea Utara yang dilarang

Pelanggaran Undang-Undang Keamanan Nasional dan Undang-Undang Anti-Terorisme

Jaksa Korea Selatan menggambarkan perilaku Somali sebagai jahat, terarah, dan dirancang untuk memprovokasi kerusuhan sipil. Mereka dilaporkan mendorong hukuman penjara berkepanjangan atau deportasi permanen setelah penyelesaian persidangannya.

Kasusnya telah menimbulkan pertanyaan lebih luas tentang kebijakan imigrasi, kebebasan berekspresi, dan bagaimana mengatur pencipta digital asing yang beroperasi dalam negara berdaulat.

Tabrakan Budaya, Hukum, dan Kekuatan Digital

Benturan antara Dalgeun Yu dan Johnny Somali mewakili lebih dari sekadar video viral atau denda. Ini menggambarkan ketegangan yang semakin meningkat di era digital di mana provokator online memanfaatkan perhatian di negara asing, dan warga lokal kadang-kadang merespons dengan balasan fisik.

Sistem keadilan Korea Selatan telah memilih untuk menegakkan prinsip hukumnya dengan memberikan denda kepada Yu meskipun dia mendapat dukungan publik yang besar. Sementara itu, Somali menghadapi masa depan yang tidak pasti karena pengadilan menimbang seluruh pelanggarannya.

MEMBACA  Penjualan mobil di Amerika Serikat diperkirakan akan melambat selama paruh kedua tahun 2024.

Kasus ini menjadi kisah peringatan bagi semua pencipta digital. Ketidakhormatan budaya, meskipun menguntungkan secara online, dapat menimbulkan tidak hanya reaksi balik tetapi juga konsekuensi hukum di dunia nyata.