Serangan di Laut Merah melonjak setelah berbulan-bulan sepi, mungkin menandai kebangkitan kembali kampanye Houthi terkait perang Gaza.
Lima awak kapal berhasil diselamatkan dari kapal kargo berbendera Liberia di Laut Merah setelah diduga diserang oleh kelompok Houthi Yaman, menurut pemantau maritim. Sejauh ini, serangan tersebut diketahui menewaskan setidaknya tiga pelaut dari 22 anggota kru dan melukai dua orang.
Pusat Operasi Perdagangan Maritim Britania Raya (UKMTO), yang dijalankan militer Inggris, mengatakan pada Rabu bahwa “operasi pencarian dan penyelamatan dimulai semalam” setelah serangan pada Senin terhadap Eternity C milik Yunani.
UKMTO sebelumnya menyatakan pada Selasa bahwa kapal tersebut mengalami “kerusakan parah” dan “kehilangan seluruh tenaga penggeraknya”. Perusahaan keamanan asal Inggris, Ambrey, memberi tahu AFP bahwa kapal yang rusak berat itu telah tenggelam di lepas kota pelabuhan Hodeidah, Yaman, yang dikuasai Houthi.
Kelompok Houthi, yang menyatakan menarget kapal-kapal terkait Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina di tengah gempuran tak henti Israel, untuk mendesak militer Israel menghentikan serangannya di Gaza, belum mengklaim tanggung jawab atas serangan ini.
Namun, ini terjadi sehari setelah mereka mengaku menyerang kapal kargo lain—Magic Seas—di Laut Merah, menyebabkan kapal itu tenggelam. Seluruh awaknya diselamatkan.
Serangan-serangan ini menjadi yang pertama sejak akhir 2024, berpotensi menandai dimulainya kampanye bersenjata baru yang mengancam jalur pelayaran, yang belakangan ini mulai ramai kembali.
Setelah serangan terhadap Magic Seas pada Minggu, Houthi menyatakan kapal milik perusahaan yang terkait Israel sebagai “target sah”, bersumpah akan “mencegah navigasi Israel di Laut Merah dan Arab… hingga agresi terhadap Gaza berhenti dan blokade dicabut”.
Pemerintah pengasingan Yaman, pasukan militer Operasi Aspides Uni Eropa, dan Departemen Luar Negeri AS menyalahkan pemberontak atas serangan terhadap Eternity C.
“Serangan ini membuktikan ancaman terus-menerus dari pemberontak Houthi yang didukung Iran terhadap kebebasan navigasi serta keamanan ekonomi dan maritim regional,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce.
“AS telah jelas: Kami akan terus mengambil tindakan diperlukan untuk melindungi kebebasan navigasi dan pelayaran komersial dari serangan teroris Houthi,” tambahnya.
Kapal pengangkut barang itu sedang menuju utara ke Terusan Suez ketika diserang oleh orang-orang bersenjata di perahu kecil dan drone pembawa bom pada Senin malam, dengan penjaga keamanan di kapal melepaskan tembakan, menurut Operasi Aspides dan Ambrey, seperti dikutip Associated Press.
Operasi Aspides memberi tahu AFP pada Selasa bahwa tiga orang tewas, dengan setidaknya dua terluka, termasuk “seorang ahli listrik Rusia yang kehilangan kakinya”.
Otoritas Filipina memberi tahu AFP bahwa terdapat 22 awak di Eternity C, semua kecuali satu berkebangsaan Filipina.
Operator Eternity C, Cosmoship Management, belum memberikan komentar mengenai korban atau luka-luka.
Dalam insiden terpisah, militer Israel dan Houthi saling serang pada Minggu, dengan Israel mengatakan telah membom tiga pelabuhan dan pembangkit listrik di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi, memicu kelompok sekutu Iran itu meluncurkan lebih banyak rudal ke wilayah Israel.
Israel menyatakan menyerang pelabuhan Hodeidah, Ras Isa, dan as-Salif di pesisir Laut Merah serta pembangkit listrik Ras Kathib.
Mereka juga menyebut menyerang sistem radar di Galaxy Leader, yang direbut Houthi dan masih berlabuh di pelabuhan Hodeidah.