Korea Utara dikabarkan telah mengapungkan kembali sebuah kapal perang setelah terbalik saat upaya peluncuran, dalam insiden yang mendapat kecaman keras dari pemimpin negara Kim Jong Un.
Badan berita milik negara, KCNA, melaporkan pada Jumat bahwa kapal tersebut telah “berhasil masuk ke air secara vertikal” dan kemudian “ditambatkan di dermaga”.
Kapal itu diharapkan selesai diperbaiki sebelum pertemuan penting yang dipimpin Kim dan akan dihadiri oleh pejabat tinggi di negara satu partai tersebut, menurut KCNA.
Dalam gambar satelit yang diterbitkan oleh situs berita spesialis 38 North dan NK News, kapal perang berbobot 5.000 ton terlihat tegak di dermaga sebelum kemudian, sekitar tiga jam kemudian, “mengapung di pelabuhan”.
Upaya mengembalikan kapal ke posisi semula, yang terjadi pada Kamis, dilakukan secara manual, kata peneliti di 38 North. Mereka mencatat bahwa citra satelit memperlihatkan pekerja di dermaga menarik tali dan menggunakan balon penyeimbang untuk menegakkan kapal.
Beberapa balon tampaknya masih menempel pada kapal, tambah mereka.
Kim, yang menyaksikan kapal perang tersebut terbalik saat peluncuran gagal sekitar dua minggu lalu, menyebut insiden itu sebagai “tindakan kriminal” yang “sangat merusak martabat dan harga diri negara”.
Itu adalah akibat dari “kelalaian mutlak, ketidakbertanggungjawaban, dan empirisme yang tidak ilmiah”, tambahnya.
Setidaknya empat pejabat, termasuk Ri Hyong-son, wakil direktur Departemen Industri Persenjataan Partai Buruh yang berkuasa, telah ditangkap terkait insiden itu.
Ri merupakan bagian dari Komisi Militer Pusat partai, yang memimpin Tentara Rakyat Korea dan bertanggung jawab atas pengembangan serta pelaksanaan kebijakan militer Korea Utara.
Belum jelas hukuman apa yang akan dihadapi pejabat tersebut, tetapi rezim diktator yang tertutup ini dikenal sering menjatuhkan hukuman kerja paksa hingga hukuan mati bagi pejabat yang terbukti bersalah.
Beberapa analis melihat respons cepat dan keras Kim terhadap kegagalan peluncuran sebelumnya sebagai sinyal bahwa Pyongyang akan terus meningkatkan kemampuan militernya.
Rezim ini “sangat berinvestasi dalam citra sebagai kekuatan militer yang berkembang”, dan kegagalan itu justru bisa memperkuat tekad mereka, menurut Jihoon Yu, peneliti di Korea Institute for Defense Analyses.
Respons Kim yang “tidak biasa keras” terhadap kegagalan itu bertujuan untuk melindungi citra pemimpin dan menegaskan kembali otoritasnya, kata Yu.
Michael Madden, pakar Korea Utara dari Stimson Center di Washington, melihat respons Kim sebagai tanda “prioritas tinggi” rezimnya dalam mengembangkan kapal perang.
Hanya beberapa minggu sebelum peluncuran gagal, Pyongyang telah memperkenalkan kapal perang serupa di bagian lain negara itu.
Kim menyebut kapal perang itu sebagai “terobosan” dalam modernisasi angkatan laut Korea Utara dan mengatakan akan digunakan awal tahun depan.