Sedikitnya 128 orang meninggal dunia dan 200 lainnya masih dinyatakan hilang setelah menara hunian yang dihuni 4.600 jiwa itu dilalap si jago merah.
Masyarakat Hong Kong berduka atas tewasnya sedikitnya 128 orang dalam kebakaran terbesar yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa dekade terakhir, terjadi di kompleks perumahan delapan menara.
Bendera di luar kantor pemerintah pusat dikibarkan setengah tiang pada Sabtu (29/11) sembari pemimpin Hong Kong John Lee, para pejabat lain, dan para pegawai negeri—yang semuanya berbalut pakaian hitam—berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada korban dari kawasan Wang Fuk Court sejak kebakaran terjadi pada Rabu.
Buku duka telah disediakan di 18 titik di sekitar bekas koloni Inggris tersebut untuk masyarakat yang ingin turut berbela sungkawa, menurut pernyataan pejabat.
Di lokasi kejadian, keluarga dan para pelayat berdatangan untuk menaburkan bunga.
Hingga Jumat, baru 39 dari total korban yang telah berhasil diidentifikasi, menyisakan tugas yang amat berat bagi keluarga untuk mengenali wajah-wajah korban lewat foto-foto yang diambil tim evakuasi.
Jumlah korban diperkirakan masih akan meningkat signifikan, sebab sekitar 200 orang masih dinyatakan hilang. Pencarian korban selamat sendiri telah dihentikan otoritas setempat pada Jumat.
Namun, proses identifikasi dan pencarian jenazah masih berlanjut. Lee menyatakan pemerintah tengah menyiapkan dana bantuan senilai 300 juta dolar Hong Kong (setara AS$39 juta) untuk membantu para warga terdampak.
Komunitas lokal pun tak tinggal diam. Ratusan relawan telah dimobilisasi untuk membantu korban, antara lain dengan mendistribusikan makanan dan barang-barang kebutuhan pokok. Sejumlah perusahaan besar China juga telah berkomitmen untuk memberikan donasi.
Kebakaran di Wang Fuk Court ini tercatat sebagai yang terparah di Hong Kong sejak 1948, silam ketika 176 nyawa melayang dalam kebakaran sebuah gudang.
Sedikitnya 11 orang telah ditangkap terkait tragedi memilukan ini, menurut otoritas setempat.
Mereka termasuk dua direktur dan seorang konsultan teknik dari firma yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pemeliharaan menara selama lebih dari setahun. Mereka didakwa melakukan pembunuhan tidak berencana karena menggunakan material yang tidak memenuhi standar keamanan.
Menara-menara yang terletak di distrik Tai Po bagian utara tersebut memang sedang menjalani renovasi. Perancah bambu dan jaring hijau yang sangat mudah terbakar, yang dipasang untuk menutupi bangunan, diduga kuat menjadi faktor pendukung utama meluasnya kobaran api dengan cepat.
Mayoritas korban ditemukan di dua menara dalam kompleks tersebut. Tujuh dari delapan menara mengalami kerusakan yang sangat parah, termasuk akibat papan busa mudah terbakar yang dipasang perusahaan perawatan untuk menutup dan melindungi jendela.
Insiden tragis ini memunculkan perbandingan dengan kebakaran Grenfell Tower di London pada 2017 yang menewaskan 72 orang. Kebakaran saat itu disebabkn oleh pelapis dinding eksterior yang mudah terbakar, ditambah kelalaian pemerintah dan industri konstruksi.
“Kami turut berduka cita mendalam atas terjadinya kebakaran mengerikan di Hong Kong yang menimpa semua pihak terdampak,” ujar kelompok penyintas Grenfell United dalam pernyataan singkat di media sosial.
“Kepada para keluarga, sahabat, dan komunitas, kami berdiri bersama kalian. Kalian tidak sendirian.”