New York City, Amerika Serikat – Duduk di sebuah ruangan yang dipenuhi ratusan warga New York keturunan Yahudi, Zohran Mamdani disambut oleh sorak-sorai dan tepuk tangan meriah pada acara ibadah Erev Rosh Hashanah di sinagoga progresif Brooklyn, Kolot Chayeinu, pada suatu senin sore bulan lalu.
Ini merupakan salah satu penampilan terkini calon wali kota dari Partai Demokrat tersebut di sejumlah sinagoga dan acara selama Hari Raya Tinggi Yahudi, serta sebuah langkah nyata dalam meretas sebuah garis politik yang sarat muatan: semakin melibatkan konsentrasi terbesar masyarakat Yahudi di wilayah metropolitan manapun di Amerika Serikat, sambil tetap memegang teguh pandangan anti-Zionisnya menjelang pemilihan umum pada 4 November.
Cerita yang Direkomendasikan
Daftar 4 item
Akhir dari daftar
Secara historis, Mamdani memang memiliki pendirian yang kuat mengenai konflik Israel–Palestina, bahkan mendirikan sebuah cabang Students for Justice in Palestine semasa masa sarjananya di Bowdoin College. Lebih dari satu dekade kemudian, seiring nama Mamdani mulai dikenal, sikap pro-Palestina-nya yang tanpa penyesalan sejak lama telah menjadi kekuatan pemersatu di belakang platformnya sekaligus titik kritik dari para penentang.
Mamdani memperoleh dukungan dan endorsemen dari organisasi-organisasi Yahudi progresif seperti Bend the Arc, Jewish Voice for Peace (JVP) Action, dan Jews for Racial and Economic Justice (JFREJ)—organisasi-organisasi yang masing-masing telah mengkritik peran Israel dalam perang di Gaza melalui pernyataan-pernyataan di situs web mereka.
Di saat bersamaan, ia terus menerima serangan dari aktivis sayap kanan jauh, Demokrat Yahudi di Capitol Hill, dan kelompok-kelompok aktivis Zionis akibat dukungan kuatnya bagi gerakan Boycott, Divestment and Sanctions (BDS) dan penolakannya untuk menyebut Israel sebagai negara Yahudi.
Tapi terlepas dari tanggapan yang beragam, hasil jajak pendapat jelas: Mamdani unggul di kalangan pemilih Yahudi secara keseluruhan dalam persaingan multi-calon.
‘Tidak Ada Kelompok yang Monolitik’
Pada bulan Juli, sebuah jajak pendapat yang dirilis secara publik oleh Zenith Research menemukan bahwa Mamdani memimpin dengan keunggulan 17 poin di kalangan Yahudi dan subkelompok Yahudi. Dalam skenario dimana Wali Kota Eric Adams keluar dari pencalonan, Mamdani tetap mendominasi dengan angka 43-33.
“Saya sendiri adalah orang Yahudi, jadi saya paham bahwa terdapat banyak perpecahan di dalam komunitas Yahudi,” ujar Adam Carlson, partner pendiri Zenith Research. “Sebagai seorang pemilik jajak pendapat, salah satu prinsip besar saya adalah bahwa tidak ada kelompok yang monolitik, dan jika Anda memiliki sampel yang cukup besar, Anda dapat memecahnya dan menemukan beberapa nuansa … temuan kami adalah hasil yang lebih baik dari perkiraan untuk Mamdani di kalangan pemilih Yahudi di New York City.”
Beth Miller, direktur politik organisasi advokasi Jewish Voice for Peace (JVP) Action dan anggota Kolot Chayeinu, membagikan pengalamannya menyaksikan secuil dari dukungan ini pada acara Erev Rosh Hashanah yang dihadiri Mamdani bulan lalu.
“Pada akhirnya dia basically dikerumuni karena orang-orang begitu antusias dengan kehadirannya,” kata Miller. “Dan itu bukan karena dia selebriti, melainkan karena orang-orang bersemangat dengan apa yang bisa kita bangun bersama jika dia terpilih menjadi wali kota.”
Kelompok pendukung Yahudi untuk Zohran Mamdani semakin bertambah [Courtesy Jews For Racial and Economic Justice and Zachary Schulman]
JVP Action, yang mendukung Mamdani sejak hari pertama, mewakili salah satu organisasi di antara kelompok pendukung Yahudi yang kian membesar untuk Mamdani, seperti JFREJ, kelompok yang turut mempelopori upaya pendekatan door-to-door di antara komunitas-komunitas Yahudi yang beragam di NYC.
Sayap elektoral JFREJ, The Jewish Vote, telah mendukung Mamdani sejak dia pertama kali mencalonkan diri untuk majelis negara bagian pada 2020. Sejak saat itu, anggota-anggota JFREJ dan Mamdani telah bekerja, melakukan pendekatan, dan berprotes bersama-sama.
Alicia Singham Goodwin, direktur politik JFREJ, secara pribadi pernah ditangkap pada sebuah unjuk rasa bersama Mamdani.
“Hal semacam itulah yang memberi saya keyakinan akan komitmen-komitmennya,” kata Goodwin kepada Al Jazeera mengenai penangkapan tersebut. “Dia bersedia menanggung risiko besar untuk hal-hal yang penting.”
JFREJ memainkan peran besar dalam menyebarkan pesan Mamdani dengan mengetuk pintu dan melakukan panggilan telepon kepada para pemilih Yahudi.
“Kami peduli dengan apa yang dikhawatirkan, disukai, dan diharapkan tetangga kami—apa yang mereka butuhkan untuk keluarga mereka, dan kami siap bertemu mereka di sana dengan analisis kami tentang bagaimana kota ini perlu bergerak untuk mencapai perumahan yang terjangkau, pengasuhan anak universal, atau untuk memerangi kenaikan nyata dalam anti-Semitisme dan kekerasan berbasis kebencian,” ujar Goodwin. “Kami percaya bahwa Zohran adalah kandidat terkuat untuk itu, serta untuk semua isu lain yang kita bicarakan.”
Mendekati Suara Yahudi
Sementara tidak diragukan lagi bahwa pasukan relawan pendekatan sebanyak 50,000 orang telah membantu Mamdani dengan baik, calon wali kota ini juga telah bersikap strategis dalam upayanya meraih suara Yahudi.
“Dia pasti telah memodulasi retorikanya dan telah melakukan upaya terkoordinasi untuk mendekati jemaah-jemaah liberal,” kata Val Vinokur, profesor studi sastra dan direktur minor budaya Yahudi di The New School. “Hal ini membuatnya lebih dapat diterima oleh sebagian kaum Zionis progresif, sangat mengecewakan para pendukung anti-Zionisnya.”
Salah satu contoh retorika yang lebih kalem dari Mamdani adalah tanggapannya terhadap backlash yang berlanjut mengenai frasa “globalise the intifada”.
Frasa yang digunakan oleh aktivis pro-Palestina ini memicu ketegangan antara Mamdani dan sebagian komunitas Yahudi. Bagi sebagian orang, ini mewakili seruan untuk solidaritas dengan perlawanan Palestina, sementara yang lain memandangnya sebagai anti-Semit dan mengajak kekerasan.
Mamdani sebelumnya enggan menolak frasa tersebut sebelum pemilihan Juni, namun The New York Times melaporkan bahwa sejak saat itu, dia mengatakan akan “mencegah” penggunaanya.
Pada peringatan kedua tahun perang Gaza, Mamdani memposting sebuah pernyataan empat paragraf di X dimana dia mengakui kekejaman serangan Hamas, lalu menyebut respons Israel sebagai genosida dan diakhiri dengan nada komitmen terhadap hak asasi manusia.
“Itu dikritik dari semua sisi,” kata Carlson. “Dia tidak membuat siapa pun senang, yang dalam pikiran saya, itu adalah cara yang agak benar untuk menyikapinya … Terkadang, tidak menyenangkan siapa pun adalah tugas seorang wali kota, dan saya pikir dia sedang mempelajarinya sekarang. Itu seperti mikrokosmos dari apa yang akan dia hadapi sebagai wali kota, asumsikan dia menang. Terkadang, Anda harus sedikit membuat semua pihak kecewa demi sebuah kompromi.”
Anti-Zionisme dan Anti-Semitisme
Sebagaimana tercermin dalam jajak pendapat Zenith Research milik Carlson, komunitas Yahudi di NYC memiliki keberagaman opinii yang luas mengenai politik dan posisi terhadap Israel dan Palestina.
Komunitas Yahudi paling jelas terbelah berdasarkan garis usia serta praktik sekuler versus konservatif, namun seiring meningkatnya dukungan Yahudi bagi Mamdani, nyatalah bahwa perbedaan ini tidak selalu begitu kaku.
Para ahli memperkirakan Zohran Mamdani akan mengamankan suara Yahudi, meskipun ia tidak menang [Courtesy Jewish Voice for Peace Action and Ken Schles]
“Memang benar ada tren utama bahwa warga Yahudi Amerika yang lebih muda cenderung progresif dan bersimpati pada rakyat Palestina, namun juga benar bahwa selama Zionisme ada, selalu ada Yahudi anti-Zionis,” ujar Miller. “Saya belajar banyak dari para sesepuh berusia 70, 80, dan 90-an yang telah menjadi anti-Zionis sejak Israel berdiri karena mereka tak pernah merasa menginginkan atau membutuhkan sebuah etnostaat untuk mewakili mereka.”
Di sisi lain, kelompok-kelompok Zionis seperti Betar worldwide merasa prihatin dengan tren-tren ini dalam komunitas Yahudi New York.
“Memilukan melihat anggota komunitas Yahudi mendukung Zohran Mamdani, yang secara terbuka menentang Zionisme — gerakan pembebasan nasional bangsa Yahudi,” kata Oren Magnezy, juru bicara Betar worldwide.
Jonathan Boyarin, antropolog Amerika dan profesor studi Yahudi modern Mann di Universitas Cornell, mempertanyakan apakah anti-Zionisme telah banyak membantu rakyat Palestina, namun membedakan garis yang sedang dijalani Mamdani.
“Pernah dikatakan bahwa ada dua jenis orang yang mengacaukan anti-Zionisme dan anti-Semitisme: kaum Zionis dan anti-Semit. Saya kira Zohran Mamdani tidak termasuk dalam kategori mana pun,” kata Boyarin.
‘Momen politik baru’
Pada akhirnya, ahli seperti Vinokur memprediksi Mamdani akan menang, kecuali dalam skenario di mana kandidat Republik Curtis Sliwa mengundurkan diri. Bagaimanapun juga, Vinokur memperkirakan Mamdani akan mengamankan suara Yahudi.
“Dia akan memenangkan suara Yahudi meskipun—dan bukan karena—latar belakang anti-Zionisnya,” ujar Vinokur. “Pemilih Yahudi yang lebih muda sangat liberal, telah tersulut oleh dinamisme kampanyenya, dan pada akhirnya ingin menjadikan kota ini tempat yang lebih layak huni, terjangkau, dan berkeadilan.”
Pesan dan kampanye Mamdani dirayakan dalam penggalangan dana tahunan JFREJ, The Mazals. Pengawas Keuangan NYC Brad Lander dan Mamdani dihormati bersama dalam malam yang diisi musik, ritual, dan tradisi dengan lebih dari 1.000 hadirin.
“Saya bisa katakan itu mungkin pertemuan tunggal terbesar orang Yahudi untuk Zohran,” kata Goodwin. “Mereka mengukuhkan momen politik baru yang kita jalani ini, di mana orang-orang seperti anggota JFREJ, gerakan seperti kita, bukanlah pinggiran atau sekadar cita-cita, tetapi populer di kalangan mayoritas warga New York.”