Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menyiratkan bahwa dirinya terbuka untk melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat jika Washington menghentikan sikapnya yang memaksa negaranya untuk menyerahkan senjata nuklir.
“Jika Amerika Serikat mengesampingkan obsesi absurd mereka untuk mendenuklirisasi kami dan menerima realita yang ada, serta menginginkan koeksistensi damai yang sejati, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak duduk berdampingan dengan Amerika Serikat,” ujar Kim dalam pidatonya di Sidang Majelis Tertinggi Rakyat di Pyongyang pada hari Minggu, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
Pemimpin Korea Utara itu juga memberikan komentarnya mengenai Presiden AS Donald Trump, yang telah ia temui tiga kali selama masa kepresidenan pertama Trump, dengan menyatakan: “Secara pribadi, saya masih memiliki kenangan indah tentang Presiden AS Trump.”
Komentar Kim ini disampaikan setelah baik Trump maupun pemimpin Korea Selatan Lee Jae-myung menyatakan kesediaan mereka untuk bertemu dengan rekan mereka dari Korea Utara dalam suatu pertemuan di Gedung Putih bulan lalu.
“Suatu hari nanti, saya akan menemuinya. Saya menantikan pertemuan itu. Dia sangat baik kepada saya,” kata Trump pada kesempatan tersebut, seraya menambahkan bahwa ia mengenal Kim, yang keluarganya telah memerintah Korea Utara selama tiga generasi, “lebih baik dari siapa pun, hampir, selain saudara perempuannya”.
Lee, yang sejak melantik pada bulan Juni secara vokal mendukung pencairan hubungan dengan negara tetangga di utaranya, mengatakan dalam pertemuan yang sama bahwa ia berharap presiden AS tersebut akan “membangun Trump Tower” di Korea Utara “sehingga saya dapat bermain golf di sana”.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara pada 30 Juni 2019, di Panmunjom, Korea Selatan [Handout: Dong-A Ilbo via Getty Images]
Meskipun terdapat pendekatan dari Lee dan Trump, Korea Utara telah mengkritik latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan, dengan saudara perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, menggambarkannya sebagai latihan invasi yang “terlalu berani”.
Sebuah tujuan yang lebih realistis
Dalam wawancara-wawancara terkini dengan BBC dan kantor berita Reuters, Lee juga telah mengungkapkan keterbukaannya untuk merundingkan sikap negaranya mengenai senjata nuklir Korea Utara.
Dalam percakapan dengan BBC pada hari Minggu, Lee mengatakan bahwa ia terbuka terhadap tujuan yang lebih “realistis” agar Korea Utara setuju untuk menghentikan akuisisi senjata nuklir lebih lanjut, alih-alih melanjutkan “upaya-upaya yang tidak membuahkan hasil” untuk membuatnya menyerahkan arsenal yang telah ada.
“Selama kita tidak meninggalkan tujuan jangka panjang denuklirisasi, saya yakin terdapat manfaat-manfaat nyata dari menghentikan perkembangan nuklir dan misil Korea Utara,” ucap Lee.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, yang juga diterbitkan pada hari Minggu, Lee mengakui bahwa sanksi-sanksi pada akhirnya gagal untuk mencegah Pyongyang, yang kini tengah menambahkan…