Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, akan menghadiri parade militer di Beijing minggu depan bersama Vladimir Putin dari Rusia, demikian disampaikan oleh Tiongkok. Kunjungan ini dinilai sebagai sebuah momen bersejarah.
Ini merupakan pertemuan internasional multilateral pertama bagi Kim, menjadikan acara ini sebagai sebuah pencapaian diplomatik bagi Xi Jinping yang selama ini memperjuangkan tatanan dunia baru yang dipimpin oleh Beijing.
Hal ini memungkinkan Xi untuk menunjukkan pengaruhnya—meskipun terbatas—kepada Putin dan Kim, pada saat Washington sedang berupaya membuat kesepakatan dengan Moskow untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Presiden AS Donald Trump tidak menghadiri, namun mengatakan awal minggu ini bahwa ia ingin bertemu dengan Kim, yang arsenal nuklirnya yang terus berkembang dan dukungannya terhadap Rusia telah menggelisahkan Barat.
Parade “Hari Kemenangan” Tiongkok akan menandai peringatan 80 tahun penyerahan diri Jepang dalam Perang Dunia Kedua dan berakhirnya konflik tersebut.
Putin dan Kim akan termasuk di antara 26 kepala negara lain yang diperkirakan akan menghadiri parade tersebut. Ini merupakan kali pertama seorang pemimpin Korea Utara menghadiri parade militer Tiongkok sejak tahun 1959.
Tiongkok kemungkinan akan memamerkan persenjataan terbarunya, termasuk ratusan pesawat, tank, dan sistem anti-drone. Ini akan menjadi kali pertama struktur kekuatan baru militernya sepenuhnya ditampilkan dalam sebuah parade.
Acara yang sangat terkoreografi ini akan menampilkan puluhan ribu personel militer berbaris dalam formasi melintasi Lapangan Tiananmen yang bersejarah, bersama pasukan dari 45 yang disebut eselon militer Tiongkok serta veteran perang.
Parade selama 70 menit, yang akan dipimpin oleh Xi, diperkirakan akan diperhatikan dengan saksama oleh para analis dan kekuatan-kekuatan Barat.
Dalam konferensi pers yang diberikan oleh kementerian luar negeri Tiongkok pada Kamis, Beijing—salah satu sekutu terdekat Pyongyang—memuji tetangganya atas “persahabatan tradisional” yang telah berlangsung puluhan tahun dan menyatakan bahwa kedua negara akan terus berkolaborasi dalam “perdamaian dan stabilitas regional.”
Kehadiran Kim merupakan peningkatan dari parade Hari Kemenangan Tiongkok terakhir pada 2015, ketika Pyongyang mengirim salah satu pejabat tingginya, Choe Ryong-hae.
Acara tahun ini dimana Kim akan berdiri bersama Putin dan Xi akan sangat signifikan karena hal ini berarti Xi dapat menghadiri setiap pertemuan puncak dengan Trump dengan lebih percaya diri, setelah mendapat pengarahan penuh dari kedua pemimpin tersebut.
Pertemuan minggu depan juga terjadi beberapa minggu sebelum kemungkinan kunjungan Trump ke Asia, yang telah diisyaratkan oleh Gedung Putih namun belum dikonfirmasi. Namun, Gedung Putih telah menyatakan bahwa Presiden AS terbuka untuk bertemu Xi guna memfinalisasi kesepakatan tarif, antara lain.
Sudah enam tahun sejak Kim terakhir kali mengunjungi Beijing—ia terakhir menghadiri acara untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara pada tahun 2019.
Ia juga mengunjungi Beijing tiga kali pada tahun 2018, sebuah tahun yang sangat sibuk untuk perjalanan internasional mengingat keengganannya untuk bepergian ke luar negeri.
Sebagian besar pemimpin Barat tidak diharapkan untuk menghadiri parade tersebut, karena penentangan mereka terhadap invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong sanksi terhadap rezim Putin.
Namun, Beijing tidak mengkritik perang Putin dan bahkan dituduh oleh AS dan sekutunya telah membantunya—yang dibantah oleh Tiongkok. Di sisi lain, Kim telah menyuplai baik senjata maupun pasukan untuk invasi Rusia.
Daftar pemimpin yang menghadiri parade juga mencerminkan kebangkitan Tiongkok dan hubungannya yang berubah dengan dunia.
Presiden Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia akan hadir, yang merupakan bukti lebih lanjut dari upaya terkoordinasi Beijing untuk meningkatkan hubungan dengan Asia Tenggara tetangganya. Negara lain seperti Singapura mengirim perwakilan tingkat lebih rendah.
Penguasa militer Myanmar, Min Aung Hlaing, seorang paria internasional yang sangat bergantung pada perdagangan dan bantuan Tiongkok, juga akan menghadiri.
Akan hadir lebih sedikit pejabat Uni Eropa, dengan hanya satu pemimpin EU yang hadir—Perdana Menteri Slovakia Robert Fico—sementara Bulgaria dan Hongaria akan mengirim perwakilan.
Sebagai perbandingan, Presiden Ceko Milos Zeman menghadiri parade 2015, sementara Polandia, Prancis, Hongaria, Italia, Belanda, dan Inggris mengirim ketua parlemen atau utusan pemerintah ke parade tersebut.
Pelaporan tambahan oleh Ian Tang dari BBC Monitoring