Ukraina berkeinginan untuk memulai ekspor sejumlah alutsista yang diproduksi secara domestik, seperti drone laut mereka.
Meskipun masih berperang, kalangan industri berpendapat bahwa ekspor justru akan menjadi sebuah kemenangan bagi industri dan militer.
Zelenskyy menyatakan bahwa mengekspor produk yang kelebihan produksi akan memungkinkan Ukraina untuk lebih baik mengatasi kekurangan di sektor lain.
Ukraina sedang mengambil langkah-langkah konkret untuk memulai ekspor senjatanya, contohnya drone laut yang telah digunakan untuk menghantam angkatan laut Rusia di Laut Hitam.
Secara sekilas, mengizinkan perusahaan untuk mengekspor senjata ke luar negeri sementara negeri sendiri masih berperang dan industri pertahanan domestik yang terus berkembang justru amat vital bagi kelangsungan perang Ukraina, terkesan sangat tidak intuitif.
Namun, Ukraina, baik dari sisi kepemimpinan politik maupun industri, telah mempertimbangkan hal ini dengan sangat saksama.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan bahwa rencananya adalah ekspor terkendali untuk tipe senjata tertentu yang produksinya melebihi kebutuhan domestik. Ia menunjuk drone laut dan senjata anti-tank sebagai area yang mengalami surplus. Dana dari ekspor kemudian dapat dialokasikan untuk drone udara, yang selalu dibutuhkan dalam jumlah lebih besar.
Dalam mengejar ekspor, Ukraina bermaksud memprioritaskan dukungan bagi pasukan garis depan dan mengamankan stok domestik di atas ekspor, serta memastikan teknologi perangnya tidak jatuh ke tangan musuh.
“Selama perang, tak seorang pun ingin mengambil risiko, tapi kami membutuhkan dana untuk memproduksi jenis senjata yang sangat diperlukan, seperti drone untuk garis depan,” ujar Zelenskyy kepada para wartawan, menurut pemberitaan media lokal.
Ukraina telah mencatat kesuksesan dengan drone laut Magura-nya, namun Rusia mulai mempelajari cara mengatasi kapal permukaan tanpa awak di Laut Hitam, kata seorang wakil laksamana.GENYA SAVILOV/AFP via Getty Images
Dalam dua minggu ke depan, Ukraina akan mempresentasikan konsep untuk tiga platform ekspor baru: satu untuk AS, satu untuk Eropa, dan satu untuk negara-negara mitra lain yang berminat, tuturnya.
Presiden menegaskan Ukraina ingin bekerja sama dengan negara-negara yang telah membantunya. “Ukraina tidak akan melakukan ‘amal senjata’ — membantu mereka yang tidak peduli pada Ukraina,” tegasnya.
“Kami siap bekerja dengan mereka yang sungguh-sungguh mendukung kami dan kemerdekaan kami,” kata Zelenskyy, seraya menjelaskan bahwa “Ukraina menawarkan kepada semua mitra tepercaya kami teknologi kami yang telah terbukti membantu di Laut Hitam.”
Ini merupakan langkah besar bagi Ukraina, yang saat ini masih menerapkan kontrol ketat atas ekspor senjata. Industri pertahanan domestik sangat antusias menantikan perubahan, dengan para pemimpin industri berargumen bahwa hal ini akan memudahkan perusahaan untuk berinovasi dan berproduksi secara efisien dalam skala besar, sehingga memungkinkan mereka memproduksi senjata untuk militer dengan lebih efektif.
Zelenskyy baru-baru ini menyatakan bahwa Ukraina mampu memproduksi drone laut lebih banyak daripada yang dibutuhkan, yang berarti mereka dapat memangkas produksi atau menjual surplusnya. Dengan adanya permintaan dari negara-negara mitra, katanya, tidak ada alasan untuk mengurangi output.
Zelenskyy menekankan bahwa “perusahaan-perusahaan Ukraina dan angkatan bersenjata Ukrainalah yang memiliki salah satu pengalaman terkuat dalam perang modern — dan ini sebagian besar berkaitan dengan senjata mutakhir dan teknologi canggih.” Drone laut merupakan bidang penting teknologi tempur yang sedang berkembang dimana Ukraina memiliki pengalaman, dan Barat telah memberikan perhatian besar.
Ekspor untuk Membantu Ukraina
Produksi pertahanan Ukraina telah melesat. Zelenskyy menyebutkan bahwa 30% peralatan yang digunakan militernya tahun lalu diproduksi secara domestik. Ia menargetkan angka 50% pada akhir tahun 2025.
Ukraina sangat membutuhkan peralatan tersebut untuk melawan militer Rusia yang lebih besar; namun, masalah yang diakui oleh pejabat pemerintah Ukraina adalah bahwa produsen pertahanan mampu memproduksi lebih banyak dari yang dilakukan sekarang, terkendala oleh anggaran pertahanan domestik. Hal ini tidak efisien bagi industri.
Prajurit Ukraina menggunakan howitzer self-propelled 2S22 Bohdana melawan invasi Rusia, dan produksinya telah meningkat.Roman Chop/Global Images Ukraine via Getty Images
Serhiy Goncharov, CEO Asosiasi Nasional Industri Pertahanan Ukraina (NAUDI) yang mewakili sekitar 100 perusahaan, mengatakan kepada Business Insider bahwa memperoleh dana dari ekspor akan menempatkan industri pada posisi yang lebih baik untuk mendorong produksi senjata dengan efisiensi lebih tinggi dan biaya lebih rendah. Hal ini juga dapat mendorong inovasi, dengan pendanaan baru yang dialokasikan untuk riset dan pengujian.
Goncharov menyatakan bahwa mengekspor sebagian produksi militer “akan meningkatkan potensi pertahanan Ukraina.”
Armada Drone Laut Ukraina
Armada drone laut Ukraina yang terus bertambah, dipenuhi bahan peledak, telah mengganggu, merusak, bahkan menenggelamkan kapal-kapal dari Armada Laut Hitam Rusia. Wahana berbiaya rendah ini telah melaksanakan serangan satu arah, meluncurkan misil, mengumpulkan intelijen, dan memasang ranjau, memberikan daya pukul bagi Ukraina di laut meski tanpa angkatan laut tradisional.
Digabungkan dengan misil dan senjata lainnya, drone-drone ini telah memaksa Rusia menarik sebagian besar Armada Laut Hitam-nya. Ini menandai pergeseran strategis besar yang dicapai dengan sistem yang jauh lebih murah daripada kapal perang.
Sebuah drone laut serba guna Ukraina bernama “Magura V5” selama demonstrasi pada bulan April.Photo by Pavlo Bahmut/Ukrinform/Future Publishing via Getty Images
Upaya Ukraina telah menginspirasi minat baru terhadap drone laut di antara mitra-mitra NATO, dengan perusahaan-perusahaan yang mengerjakan teknologi tersebut dan militer-militer yang mengujinya di Laut Baltik, yang dibagi oleh sekutu NATO dengan Rusia. Militer AS telah mengeksplorasi potensi ofensifnya, dan juga mulai melatih kapal perang untuk menangkis serangan oleh kapal drone.
Jenderal Angkatan Darat AS Christopher Cavoli, komandan tertinggi sekutu NATO di Eropa, tahun lalu mengatakan cara Ukraina menggunakan drone untuk menggeser angkatan laut Rusia merupakan “penanda hal-hal di masa depan.” Ia menyatakan “tampaknya akan ada peran besar untuk sistem maritim tanpa awak di masa depan.”
Baca artikel aslinya di Business Insider