Emir Nader
BBC News, Yerusalem
Reuters
B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel memaparkan temuan mereka dalam konferensi pers di Yerusalem.
Dua organisasi hak asasi manusia terkemuka Israel menyatakan bahwa tindakan Israel dalam perang di Gaza memenuhi kriteria genosida terhadap populasi Palestina.
B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel merilis laporan terpisah pada Senin, berdasarkan studi selama 21 bulan terakhir konflik.
Organisasi yang telah aktif di Israel selama puluhan tahun ini menyatakan dalam pernyataan bersama bahwa "di saat-saat gelap ini, sangat penting untuk menyebut sesuatu dengan nama sebenarnya", sembari "menyerukan agar kejahatan ini segera dihentikan".
Juru bicara pemerintah Israel menolak keras tuduhan genosida, yang pertama kali dilontarkan oleh kelompok HAM berbasis di Israel.
"Pasukan pertahanan kami menargetkan teroris, bukan warga sipil. Hamas bertanggung jawab atas penderitaan di Gaza," kata David Mencer.
Dalam konferensi pers di Yerusalem, Direktur Eksekutif B’Tselem Yuli Novak mengatakan laporan organisasinya adalah "yang tak pernah kami bayangkan harus kami tulis".
Dokumen 88 halaman menyatakan:
"Analisis kebijakan Israel di Gaza dan dampak mengerikannya, bersama pernyataan pejabat tinggi politik dan militer Israel tentang tujuan serangan, mengarah pada kesimpulan tegas bahwa Israel melakukan tindakan terkoordinasi untuk menghancurkan masyarakat Palestina di Gaza secara sengaja."
Sementara itu, laporan 65 halaman dari Physicians for Human Rights Israel (PHRI) menemukan bahwa Israel menarget infrastruktur kesehatan Gaza "secara terencana dan sistematis".
"Bukti menunjukkan pembongkaran sistem kesehatan dan pendukung kehidupan di Gaza secara sengaja – melalui serangan ke rumah sakit, penghambatan bantuan medis dan evakuasi, serta pembunuhan dan penahanan tenaga medis," tulis laporan itu.
Dr. Guy Shalev, Direktur Eksekutif PHRI, menegaskan:
"Diam di hadapan genosida bukan pilihan. Kami ingin tekankan: melawan genosida bukan hanya tanggung jawab institusi hukum dan politik. Ini menuntut aksi segera dari komunitas kesehatan global."
Organisasi ini mengakui serangan "keji dan kriminal" Hamas pada 7 Oktober 2023 memicu ketakutan dan trauma kolektif di Israel. Namun, mereka menuduh pemerintah Israel merespons dengan "mengkampanyekan ideologi ekstrem dan dehumanisasi warga Palestina di Gaza", termasuk lewat narasi pemimpin politik dan militer yang menyalahkan semua warga Gaza.
PHRI menyimpulkan tindakan ini "bukan insidental dalam perang, melainkan bagian dari kebijakan sengaja yang menarget Palestina sebagai kelompok", dan memenuhi setidaknya tiga kriteria genosida dalam Konvensi 1948 yang telah diratifikasi Israel.
Reuters
Menurut PBB, hanya 18 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi sebagian (foto arsip).
Sejumlah organisasi HAM internasional, pakar PBB, dan akademisi telah menuding Israel melakukan genosida di Gaza. Mahkamah Internasional (ICJ) juga memeriksa kasus yang diajukan Afrika Selatan terkait tuduhan ini. Israel membantah dengan keras, menyebut kasus ini "sama sekali tak berdasar".
Dr. Shalev mengkhawatirkan PHRI dan B’Tselem mungkin menghadapi kekerasan verbal atau fisik di Israel akibat laporan mereka. "Tapi kami berharap publik mendengarkan," ujarnya.
Yuli Novak mengakui proses mengakui genosida oleh negaranya sendiri sangat berat.
"Memahami bahwa negara dan kolektif Anda melakukan genosida adalah proses mental dan pribadi yang sangat sulit. Ini meruntuhkan pemahaman dasar tentang identitas kita."
Israel melancarkan perang di Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 59.900 orang. Data ini dianggap PBB sebagai sumber statistik korban paling andal.