Kejaksaan Brasil menggugat BYD asal China atas dugaan kondisi kerja mirip perbudakan.

SAO PAULO (AP) — Penuntut umum Brasil menyatakan pada Selasa bahwa mereka sedang mengajukan gugatan terhadap raksasa kendaraan listrik asal Tiongkok, BYD, beserta dua kontraktornya terkait dugaan penggunaan pekerja dalam kondisi mirip perbudakan dan terlibat dalam perdagangan manusia internasional.

Kantor penuntut tenaga kerja di negara bagian Bahia menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menuntut ganti rugi sebesar 257 juta reais Brasil (setara $50 juta) dari BYD, China JinJiang Construction Brazil, dan Tecmonta Equipamentos Inteligentes.

Gugatan ini berawal dari penyelidikan yang berujung pada penyelamatan 220 pekerja Tiongkok tahun lalu dari lokasi pembangunan pabrik baru BYD di kota Camaçari. Penuntut menyebut para pekerja dibawa ke Brasil dengan dalih palsu dan visa yang tidak sesuai dengan pekerjaan mereka.

“Kondisi kerja sangat memprihatinkan. Lima pemukiman dikelola oleh BYD, JinJiang, dan Tecmonta. Beberapa pekerja tidur di tempat tidur tanpa kasur dan menyimpan barang pribadi bersama makanan mereka,” ungkap kantor penuntut. “WC sangat terbatas dan tidak dipisahkan berdasarkan gender. Di salah satu pemukiman, hanya ada satu toilet untuk 31 orang, memaksa para pekerja bangun pukul 4 pagi untuk urusan kebersihan sebelum bekerja.”

BYD tidak memberikan komentar setelah dimintai tanggapan oleh The Associated Press. Pada Desember lalu, juru bicara produsen otomotif Tiongkok itu membantah laporan soal kondisi buruk di lokasi konstruksi Brasil, menyebut tuduhan tersebut bertujuan untuk ‘mencemarkan’ Tiongkok dan merek-mereknya.

MEMBACA  Mahkamah Konstitusi Kolombia Teguhkan Larangan Adu Banteng dan Tambah Pelarangan Adu Ayam