Sejak April 2023, RSF telah bertempur melawan pasukan Sudan untuk menguasai negara dalam perang saudara yang brutal. Setidaknya 31 orang, termasuk anak-anak, telah dieksekusi oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di kota kembar Khartoum yaitu Omdurman, menurut Sudan Doctors Network. Anak di antara korban di daerah Al-Salha di kota itu, kelompok itu mengatakan, menyebut pembunuhan itu “pembunuhan massal terbesar yang tercatat di wilayah itu”. Korban-korban itu dituduh oleh kelompok paramiliter itu memiliki afiliasi dengan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), kata medis setempat. Aktivis membagikan video di media sosial yang menunjukkan individu dalam seragam RSF menembaki sekelompok orang di lingkungan Al-Salha. Jaringan dokter juga menyebut tumpahan darah oleh RSF sebagai “kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan”. Mereka meminta kepada masyarakat internasional untuk segera bertindak untuk menyelamatkan warga sipil yang tersisa dengan membuka rute aman untuk memastikan keluar dari Al-Salha. Tidak ada komentar langsung dari kelompok pemberontak tentang laporan tersebut. Melaporkan dari Khartoum, Hiba Morgan dari Al Jazeera mengatakan bahwa video grafis warga sipil yang dibunuh mulai beredar di media sosial pada dini hari Minggu dan korban dalam video itu berasal dari brigade Barra, yang telah berjuang bersama pasukan atau SAF. “Sekarang angkatan bersenjata Sudan telah melancarkan serangan mencoba merebut kembali wilayah dari RSF di barat daya Omdurman serta barat Omdurman, di mana RSF juga memiliki kehadiran… ketika berbicara tentang barat daya Omdurman, RSF terus melawan,” katanya. SAF dan pemerintah belum merilis pernyataan. Sejak 15 April 2023, RSF telah bertempur melawan pasukan angkatan bersenjata Sudan untuk menguasai negara dalam perang saudara yang brutal, mengakibatkan ribuan kematian dan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Lebih dari 20.000 orang telah tewas sejauh ini, dan 15 juta lainnya mengungsi, menurut PBB dan otoritas setempat. Namun, penelitian dari sarjana Amerika Serikat, memperkirakan jumlah kematian sekitar 130.000.