Memverifikasi fakta menjadi mustahil di zona perang, dan angka korban jiwa yang belum terverifikasi sering kali diterbitkan tanpa kritik. Judul berita menyalahkan Israel atas pemboman sebelum investigasi selesai.
Pada Sabtu lalu, di sebuah kota biasa di Amerika, di situs web afiliasi salah satu jaringan TV, newsletter ‘ringkasan pagi’ yang berisi peristiwa lokal dan internasional sehari sebelumnya menampilkan dua judul ini di bagian atas:
‘Warga Amerika tewas dipukuli oleh pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki’ dan ‘Anak-anak termasuk di antara 28 warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel di Gaza.’
Dengan judul seperti itu, pantaskah kita heran mengapa warga Amerika berdemo menentang Israel, Bob Vylan meneriakkan ‘Mati untuk IDF,’ dan antisemitisme melonjak di mana-mana?
Benar atau tidak, terdistorsi atau palsu sama sekali, judul-judul itu berfungsi untuk mendemonisasi Israel, sengaja atau tidak.
Cerita pertama merujuk pada bentrokan di Tepi Barat utara Ramallah akhir pekan lalu. Fakta masih samar, dan laporan mengandalkan Kementerian Kesehatan Palestina serta koresponden lokal di wilayah tersebut.
Api membumbung di Gaza, terlihat dari perbatasan Israel-Gaza, 9 Juli 2025 (kredit: REUTERS/AMIR COHEN)
Judul kedua adalah bagian dari serangan IDF terhadap Hamas di Gaza yang berlangsung sejak 8 Oktober 2023. Sumbernya juga berasal dari Kementerian Kesehatan Gaza (alias Hamas).
Seperti dikatakan The Post dalam editorial Minggu, “Masalahnya bukan sekadar retorika—tapi struktural. Media Barat sangat bergantung pada koresponden lokal, sering di Gaza, yang terhubung dengan kementerian di bawah kendali Hamas. Verifikasi fakta tidak mungkin di zona perang, dan angka korban yang belum dikonfirmasi kerap dipublikasi tanpa pertimbangan. Judul berita menyalahkan Israel sebelum investigasi rampung; koreksi, jika ada, tenggelam dalam debu digital.”
Kesamaan kedua berita itu adalah, dua hari kemudian, tidak ada klarifikasi, sanggahan, penjelasan, atau versi resmi dari pihak Israel—baik pemerintah, polisi, maupun IDF.
Mengakui Kesalahan
Ketika berbuat salah, kita harus mengakuinya dan transparan. Tapi bila ada penjelasan mengapa warga Palestina-Amerika tewas dipukuli pemukim (apakah mereka membela diri?) atau mengapa anak-anak tewas dalam serangan udara IAF di Gaza, harus ada tindak lanjut.
Ini tak akan mengubah judul miring yang sudah dibaca publik—opini telah terbentuk bahwa Israel digambarkan sebagai agresor haus darah. Tapi setidaknya fakta bisa diluruskan.
Jika tidak bertindak, kita terlihat menutupi kekejaman atau pura-pura acuh. Judul dan berita yang hanya mengandalkan satu versi cerita memang tak terhindarkan. Respons Israel adalah kebijakan pertempuran media—yang harus dianggap serius seperti pertempuran di lapangan.
(Typos: "pantaskah" → "pantaslah", "kerap" → "sering")