NASA
NASA menyebut NISAR, satelit terbaru mereka, sebagai "radar paling canggih yang pernah kami bangun."
Badan antariksa India dan AS meluncurkan satelit baru yang akan memantau Bumi dengan ketat, mendeteksi bahkan perubahan terkecil di darat, laut, dan lapisan es.
Data dari misi bersama oleh ISRO dan NASA ini tak hanya bermanfaat bagi kedua negara, tetapi juga dunia dalam mempersiapkan dan menangani bencana.
Satelit NISAR berbobot 2.392 kg diluncurkan pada pukul 17:40 waktu India (12:10 GMT) dari Satish Dhawan Space Centre di India selatan.
Peluncuran ini menyusul misi Axiom-4, di mana seorang astronot India pertama kali mengunjungi International Space Station.
NASA, yang sudah memiliki lebih dari dua lusin satelit observasi, menyatakan NISAR sebagai radar paling canggih dan mampu mendeteksi "perubahan terkecil di mana pun di dunia."
Satelit "pertama di dunia" ini akan memantau Bumi menggunakan dua frekuensi radar berbeda: L-band milik NASA dan S-band milik ISRO.
Berdasarkan penjelasan mantan ilmuwan NASA, Mila Mitra, satelit akan ditempatkan di orbit polar sun-synchronous, melewati area yang sama secara berkala untuk memetakan perubahan permukaan Bumi.
NISAR akan mengunjungi titik yang sama setiap 12 hari, mendeteksi perubahan darat, es, atau garis pantai hingga skala sentimeter.
Pemindaian berulang akan menghasilkan data kaya yang membantu stasiun darat NASA dan ISRO dalam kesiapan bencana dan pemantauan dampak perubahan iklim.
Permukaan Bumi terus berubah akibat aktivitas alam dan manusia, bahkan pergeseran kecil dapat berdampak besar.
"Beberapa perubahan terjadi perlahan, ada yang tiba-tiba, ada yang kecil namun signifikan," ujar Karen St. Germain, Direktur Ilmu Bumi NASA, yang hadir di India untuk peluncuran.
"Dengan NISAR, kita bisa melihat tanda-tanda bahaya alam seperti gempa, longsor, letusan gunung api, penurunan atau pengembungan tanah, pencairan gletser, hingga kebakaran hutan."
Satelit juga dapat mengidentifikasi perubahan akibat aktivitas manusia seperti pertanian dan proyek infrastruktur.
Misi senilai $1,5 miliar ini memanfaatkan muatan, roket, dan fasilitas peluncuran India.
St. Germain menyebut NISAR istimewa karena dikembangkan oleh ilmuwan yang "berada di belahan dunia berbeda selama pandemi Covid-19."
Ketua ISRO, V Narayanan, menyatakan satelit ini sebagai simbol kepemimpinan India di antariksa.
"Ini akan menjadi hari bersejarah lagi bagi India," ujarnya.
Menteri Sains India, Jitendra Singh, menyebut misi ini sebagai tonggak kerja sama AS-India dan penguatan kolaborasi internasional ISRO.
"NISAR bukan sekadar satelit, tapi jabat tangan ilmiah India dengan dunia."
Peluncuran ini menyusul kunjungan astronot India, Shubhanshu Shukla, ke ISS beberapa minggu sebelumnya.
India terus menunjukkan kemajuan pesat di bidang antariksa.
Pada Agustus 2023, misi Bulan mereka sukses mendarat di kutub selatan Bulan, dan tahun lalu meluncurkan misi observasi matahari pertama.
ISRO berencana meluncurkan Gaganyaan—penerbangan luar angkasa berawak pertama—pada 2027, dengan ambisi membangun stasiun luar angkasa pada 2035 dan mengirim astronot ke Bulan pada 2040.
Ikuti BBC News India di Instagram, YouTube, Twitter, dan Facebook.