Seorang Penasihat untuk Khamenei mengatakan bahwa Iran akan ‘tidak punya pilihan’ jika fasilitas nuklir diserang oleh Israel. Iran bisa terdorong untuk membangun senjata nuklir jika Israel mengancam eksistensinya, seorang penasihat untuk pemimpin tertinggi negara itu telah memperingatkan. “Kami tidak memiliki keputusan untuk membangun bom nuklir tapi jika eksistensi Iran terancam, tidak akan ada pilihan selain untuk mengubah doktrin militer kami,” kata Kamal Kharrazi, seorang penasihat untuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, pada hari Kamis. “Dalam kasus serangan terhadap fasilitas nuklir kami oleh rezim Zionis, penangkalan kami akan berubah,” katanya seperti dilaporkan oleh Jaringan Berita Mahasiswa Iran. Komentar tersebut telah menimbulkan pertanyaan tentang apa yang Iran klaim sebagai program nuklir yang damai. Khamenei, yang memiliki kata terakhir dalam hal ini, melarang pengembangan senjata nuklir dalam sebuah fatwa, atau edikt agama, pada awal 2000-an, mengatakan bahwa itu “haram”, atau dilarang dalam Islam. Tetapi pada tahun 2021, menteri intelijen Iran saat itu mengatakan tekanan Barat bisa mendorong republik Islam itu mencari senjata nuklir. Iran sedang memperkaya uranium hingga ke murni 60 persen, sedangkan uranium yang sesuai standar senjata diperkaya hingga sekitar 90 persen. Jika material nuklir saat ini yang ada diperkaya lebih lanjut, itu akan cukup untuk dua senjata nuklir, menurut tolok ukur resmi oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Ancaman yang Meningkat Perang bayangan antara Iran dan Israel pecah menjadi konfrontasi terbuka pada bulan April, setelah serangan yang diduga dilakukan oleh Israel terhadap kompleks kedutaan Iran di ibu kota Suriah, Damaskus, yang menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), termasuk dua jenderal yang memimpin Pasukan Quds elit di Suriah dan Lebanon. Iran membalas dengan meluncurkan sekitar 300 rudal dan drone terhadap Israel. Israel secara teratur meluncurkan serangan terhadap target yang terkait dengan Iran dan kelompok Lebanon Hezbollah di Suriah sejak tahun 2017, meningkatkan frekuensi dan intensitas serangan terhadap “poros perlawanan” sejak dimulainya perangnya di Gaza pada Oktober lalu. Pada hari Kamis, pertahanan udara Suriah menembak jatuh apa yang disebut kementerian pertahanan sebagai rudal Israel yang ditembakkan dari Dataran Tinggi Golan di utara Israel menuju pinggiran Damaskus, menargetkan sebuah bangunan di pedesaan, menurut kantor berita negara Suriah SANA. Serangan itu, sekitar pukul 3:20 pagi (00:20 GMT), menyebabkan “beberapa kerugian material”, demikian laporannya.