Kelompok Palestina, Hamas, telah menyerahkan dua jenazah yang diklaim sebagai tawanan Israel yang telah meninggal, sehari setelah gencatan senjata Gaza yang rapuh kembali hancur akibat serangkaian serangan mematikan Israel di seluruh wilayah terkepung tersebut.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan pada Kamis bahwa kedua jenazah tersebut telah diterima oleh pasukan Israel melalui perantara Palang Merah di Gaza.
Rekomendasi Cerita
daftar 3 itemakhir daftar
Kedua jenazah kemudian diidentifikasi sebagai milik Amiram Cooper, yang diculik dari Kibbutz Nir Oz, dan Sahar Baruch, yang diculik dari Kibbutz Be’eri, keduanya selama serangan pimpinan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Pihak berwenang Israel menyatakan bahwa penyebab kematian mereka akan ditentukan setelah otopsi dilakukan di lembaga forensik Abu Kabir, Tel Aviv.
Berdasarkan kesepakatan yang difasilitasi AS untuk menghentikan perang dua tahun Israel di Gaza, Hamas telah membebaskan 20 tawanan hidup sebagai tukaran dengan pembebasan hampir 2.000 tahanan politik Palestina oleh Israel. Pasukan Israel juga telah menyelesaikan penarikan sebagian dari pusat-pusat perkotaan di Gaza.
Namun sejak gencatan senjata berlaku pada 10 Oktober, serangan-serangan Israel telah menewaskan puluhan warga Palestina di seantero wilayah. Dari Selasa hingga Rabu, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan serangan Israel menewaskan 104 orang, termasuk 46 anak-anak dan 20 perempuan.
Sebagai bagian dari perjanjian, Hamas berkomitmen untuk mengembalikan sisa jenazah seluruh 28 tawanan, sebagai tukaran dengan jenazah warga Palestina yang tewas dalam perang. Hingga Kamis, mereka telah menyerahkan 15 jenazah, sambil menyatakan terus mendesak penyediaan peralatan dan dukungan yang memadai untuk menyisir tumpukan puing dan reruntuhan—tempat ribuan warga Palestina yang tewas dalam pemboman Israel masih terkubur.
Israel menuduh Hamas terlalu lambat dalam menyerahkan sisa jenazah tawanan Israel yang masih berada di Gaza.
Melaporkan dari az-Zuwayda di Gaza tengah, jurnalis Al Jazeera Tareq Abu Azzoum menyebutkan Hamas masih menghadapi “tantangan logistik dan operasional dalam pengambilan jenazah, khususnya di daerah-daerah yang terdampak bombardemen Israel.”
“Hamas telah menyerukan masuknya buldoser berat dan mesin-mesin untuk mempermudah proses pemulihan jenazah. Namun di lapangan, Israel masih menuduh Hamas sengaja menunda-nunda penyerahan jenazah,” ujar Abu Azzoum.
Sengketa mengenai pemulihan dan penyerahan jenazah ini menjadi salah satu kesulitan yang memperumit rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang secara permanen.
Berbagai hambatan besar masih menghadang di depan, termasuk masa depan administrasi Gaza dan tuntutan agar Hamas melucuti senjatanya.
‘Peran Penting LSM’
Sebelumnya, para saksi melaporkan pesawat Israel melakukan 10 serangan udara di daerah sebelah timur Khan Younis di Jalur Gaza selatan, sementara tank-tank membombardir wilayah timur Kota Gaza di utara menjelang fajar.
Militer Israel menyatakan mereka melakukan serangan “presisi” terhadap “infrastruktur teroris yang mengancam pasukan” di area Gaza di mana pasukan mereka masih berada.
Sementara itu, seorang pejabat PBB menyebutkan lebih dari 24.000 ton bantuan PBB telah tiba di Gaza sejak gencatan senjata dimulai, seraya menyerukan agar LSM diizinkan membantu dalam pendistribusiannya.
Meski volume bantuan meningkat signifikan dibandingkan masa sebelum gencatan senjata, para pekerja kemanusiaan masih menghadapi kekurangan pendanaan, menurut PBB, serta masalah koordinasi dengan otoritas Israel yang terus menutup persimpangan perbatasan vital.
Direktur Regional Timur Tengah Program Pangan Dunia, Samer Abdel Jaber, menyatakan dalam 20 hari peningkatan pasca gencatan senjata, mereka “telah mengumpulkan sekitar 20.000 metrik ton makanan di dalam Gaza.”
“Implementasi rencana [gencatan senjata] 20 poin tetap menjadi titik sentral dan kondisi utama bagi kami untuk dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan secara holistik,” kata Alakbarov.
Ia menyerukan agar Israel mengizinkan lebih banyak LSM berpartisipasi dalam penyaluran bantuan di Gaza, yang dilarang oleh Israel.
“Masalah pendaftaran LSM yang masih berlarut-larut tetap menjadi hambatan. Kami terus menekankan peran penting LSM dan LSM nasional, yang mereka mainkan dalam operasi kemanusiaan di Gaza, dan kami telah mengeskalasi hal ini sekarang,” ujarnya.
Serangan Israel telah mengusir sebagian besar dari lebih dari dua juta penduduk Gaza, banyak di antaranya berpindah beberapa kali. Mayoritas belum kembali ke lingkungan mereka yang hancur, karena khawatir akan segera diusir kembali atau dibunuh oleh pasukan Israel.
Sumber-sumber memberitahu Al Jazeera bahwa tentara Israel melakukan pembongkaran rumah di sebelah timur lingkungan Tuffah dan Shujayea di timur Kota Gaza pada Kamis.
Israel telah membongkar rumah-rumah sejak dimulainya kembali invasi darat mereka di area tersebut awal bulan ini, bagian dari apa yang digambarkan warga sebagai kampanye sistematis untuk membersihkan sebagian besar blok permukiman.
Seluruh jalanan telah diratakan, dengan buldoser menggilas rumah-rumah dan infrastruktur seiring pasukan Israel menerobos lebih dalam ke distrik-distrik timur Kota Gaza.