Proposal Gencatan Senjata dengan Israel Masih Dibahas Hamas, tapi Dinilai Tak Akan Menghentikan "Pembunuhan dan Kelaparan" di Gaza
Sebuah proposal gencatan senjata dengan Israel yang diajukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump masih "dalam pembahasan" oleh Hamas, tetapi dalam bentuk saat ini hanya akan mengakibatkan "kelanjutan pembunuhan dan kelaparan" di Gaza, kata seorang pejabat kelompok Palestina tersebut.
Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan pada Kamis bahwa Israel telah "menyetujui" proposal gencatan senjata, dan utusan Timur Tengah pemerintahan Trump, Steve Witkoff, telah menyerahkannya kepada Hamas untuk dipertimbangankan.
Anggota Biro Politik Hamas Basem Naim mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan ini "tidak memenuhi satupun tuntutan rakyat kami, terutama menghentikan perang".
"Namun, pimpinan Hamas sedang mempelajari tanggapan terhadap proposal ini dengan penuh tanggung jawab nasional," tambah Naim.
Rincian proposal baru ini belum diumumkan, tetapi pejabat senior Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa yang terpenting, proposal itu tidak mengandung komitmen Israel untuk mengakhiri perang di Gaza, menarik pasukan dari wilayah tersebut, atau mengizinkan bantuan masuk dengan bebas ke wilayah yang hancur oleh perang.
Pemerintah Israel belum mengonfirmasi secara publik bahwa mereka menyetujui proposal terbaru ini.
Laporan media Israel pekan ini menyebutkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada keluarga tawanan yang masih ditahan di Gaza bahwa ia siap melanjutkan proposal gencatan senjata sementara Witkoff.
Analis politik Israel Akiva Eldar mengatakan kepada Al Jazeera bahwa "tidak biasa" bagi Israel untuk menyatakan persetujuannya terlebih dahulu, dan Netanyahu mungkin berharap proposal ini tidak mungkin diterima Hamas sehingga ia bisa menggambarkan mereka sebagai "penjahat" dan melanjutkan perang.
"Sudah terjadi sebelumnya… dan Netanyahu menyalahkan mereka," kata Eldar.
Laporan yang Bertentangan
Upaya mengembalikan gencatan senjata di Gaza terus gagal akibat perbedaan mendalam soal syarat mengakhiri konflik, termasuk tuntutan Israel agar Hamas sepenuhnya melucuti senjata, serta tuntutan kelompok Palestina agar pasukan Israel menarik diri dari Gaza.
Laporan tentang proposal terbaru ini muncul setelah kabar simpang siur awal pekan ini, ketika Hamas mengklaim telah mencapai kesepahaman soal "kerangka umum" gencatan senjata dengan Witkoff dan hanya menunggu "tanggapan akhir".
"Kami telah mencapai kesepakatan tentang kerangka umum dengan Witkoff yang menjamin gencatan senjata permanen, penarikan total pasukan pendudukan Israel dari Gaza, dan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan," kata kelompok itu dalam pernyataan.
Kesepakatan itu juga disebutkan mencakup "pembentukan komite profesional untuk mengelola urusan Gaza setelah gencatan senjata dideklarasikan", menurut pernyataan Hamas.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Trump juga dikabarkan akan menjamin bahwa gencatan senjata akan diberlakukan dalam 60 hari dan memastikan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Namun, Witkoff kemudian membantah bahwa ini adalah syarat dari proposalnya, mengatakan kepada Reuters bahwa apa yang ia lihat "sama sekali tidak dapat diterima".
Seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya juga menolak klaim tersebut, menyebut pernyataan Hamas "tidak akurat" dan "mengecewakan". Israel juga membantah klaim itu, dengan seorang pejabat anonim menyebutnya sebagai "perang psikologis" dan "propaganda" dalam komentar kepada The Times of Israel.
Israel kembali melanjutkan perang di Gaza pada 18 Maret setelah melanggar gencatan senjata sementara selama enam minggu, dengan Netanyahu mengumumkan bahwa pertempuran dilanjutkan dengan "kekuatan penuh".
Sejak itu, militer Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza, menewaskan hampir 4.000 orang sejak gencatan senjata dilanggar dan meningkatkan total korban jiwa di wilayah tersebut menjadi lebih dari 54.000, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Israel juga memberlakukan blokade mematikan selama berbulan-bulan terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, yang menurut pejabat PBB telah membawa penduduk ke ambang kelaparan.
Israel sebagian mencabut blokadenya pada 19 Mei, mengizinkan sedikit bantuan masuk ke Gaza, tetapi Sekjen PBB Antonio Guterres menyebutnya hanya "setetes" dari yang dibutuhkan.
Pekan ini terjadi adegan kacau ketika ribuan warga Palestina yang kelaparan berusaha mendapatkan bantuan penyelamat hidup yang didistribusikan oleh Gaza Humanitarian Foundation—kelompok baru yang kontroversial dan didukung AS-Israel, yang mengatakan akan menyalurkan bantuan di Gaza yang terkepung.