Setidaknya 60 orang tewas di Jalur Gaza selama 24 jam terakhir akibat serangan udara Israel, menurut laporan Palestina pada Sabtu.
Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas juga menyebutkan 284 orang luka-luka dalam periode yang sama. Kementerian tersebut tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil.
Informasi ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Menurut kementerian, angka saat ini tidak mencakup korban yang terdaftar di rumah sakit di utara Jalur Gaza yang hancur akibat perang, di mana akses masih terbatas karena pertempuran yang berlangsung.
Militer Israel belum memberikan komentar terkait laporan serangan terbaru dari Gaza.
Menurut data Palestina, lebih dari 54.300 orang tewas dan 124.000 lainnya luka-luka sejak awal perang Gaza, yang dipicu oleh serangan teroris Hamas di Israel pada 7 Oktober 2023.
Dua minggu lalu, militer Israel meluncurkan ofensif besar-besaran baru di Gaza. Puluhan kematian dilaporkan setiap hari dalam beberapa hari terakhir.
Tujuan Israel adalah menghancurkan milisi Islamis Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Aksi Israel dikritik secara internasional.
Witkoff Tolak Balasan Hamas Soal Rencana Gencatan Senjata
Utusan Khusus AS Steve Witkoff menolak balasan Hamas atas rencana gencatan senjata.
“Hamas harus menerima proposal kerangka kerja yang kami ajukan sebagai dasar perundingan, yang bisa dimulai minggu ini,” tambahnya.
Proposal AS mencakup pembebasan 10 sandera dari Gaza dan pengembalian jenazah 18 korban Hamas ke Israel selama gencatan senjata 60 hari. Sebagai gantinya, tahanan Palestina di Israel akan dibebaskan.
Hamas setuju dengan inti proposal ini, seperti diumumkan di kanal Telegram mereka. Namun, kelompok Islamis ini memberi syarat tambahan.
Menurut informasi dpa dari lingkaran Hamas, mereka meminta waktu lebih panjang untuk pembebasan sandera daripada yang diusulkan mediator AS. Mereka juga ingin pasukan Israel menarik diri secara lebih luas usai gencatan senjata.
Berdasarkan rencana Witkoff, kedua belah pihak akan bernegosiasi soal pembebasan sandera sisa selama gencatan 60 hari, sebagai imbalan penghentian perang.
Israel juga langsung menolak respons Hamas. Kantor PM Benjamin Netanyahu menyatakan Israel akan terus berupaya membebaskan sandera dan mengalahkan Hamas.
Israel meyakini 20-23 sandera masih hidup dan setidaknya 35 jenazah korban penculikan masih dalam kustodi Hamas.
Badan PBB: Truk Bantuan Diserbu di Gaza
Sebanyak 77 truk bantuan Program Pangan Dunia PBB (WFP) diserbu dan dijarah oleh warga kelaparan di Gaza dalam perjalanan ke pusat distribusi, menurut unggahan WFP di X pada Sabtu.
“Setelah hampir 80 hari blokade total, masyarakat kelaparan—dan mereka tak mau lagi melihat makanan lewat begitu saja,” bunyi pernyataan tersebut.
“Untuk memulihkan harapan, meredakan ketakutan, dan mencegah kekacauan lebih lanjut, kita harus membanjiri masyarakat dengan makanan—sekarang. Hanya bantuan skala besar yang konsisten yang bisa membangkitkan kepercayaan,” tulis WFP.
WFP menyatakan siap melakukannya: “Kami punya cukup makanan untuk 2,2 juta orang selama 2 bulan,” tulis unggahan itu.
Namun, ini membutuhkan rute transportasi yang aman di Gaza, proses persetujuan lebih cepat dari pihak Israel, dan akhirnya gencatan senjata dalam konflik Gaza yang sudah berlangsung hampir 20 bulan.
Setelah blokade bantuan berbulan-bulan, Israel mulai mengizinkan sedikit barang masuk ke Jalur Gaza yang terkepung dalam beberapa hari terakhir.
Blokade ini dimaksudkan untuk menekan Hamas agar melepaskan sandera. Pemerintah Israel juga menuduh Hamas mencuri bantuan untuk keuntungan pribadi—klaim yang dibantah Hamas.
Israel kini ingin memastikan distribusi bantuan ke Gaza tidak lagi melalui organisasi PBB atau aktor independen, melainkan melalui yayasan kontroversial yang didukung AS.
Yayasan Kemanusiaan Gaza mendirikan beberapa pusat distribusi di selatan wilayah tersebut awal pekan ini, mengklaim telah membagikan 3,8 juta makanan.
Organisasi PBB meragukan kemampuan yayasan baru ini dalam memenuhi kebutuhan penduduk Gaza secara memadai.