Enam orang ditemukan tewas di hotel Grand Hyatt di Bangkok | Berita Pariwisata

Pihak berwenang di Thailand telah mengatakan bahwa keenam orang tersebut adalah semua orang asing. Penyelidikan atas kematian mereka sedang berlangsung. Enam orang telah ditemukan tewas di sebuah hotel mewah di Bangkok, pemerintah Thailand mengatakan. “Perdana Menteri [Srettha Thavisin] telah memerintahkan semua lembaga untuk segera mengambil tindakan untuk menghindari dampak pada pariwisata,” kata pemerintah Thailand dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa. Dalam pernyataan terpisah, polisi Thailand mengatakan bahwa keenam orang itu semua warga negara asing. Petugas polisi menjelaskan bahwa mereka menemukan jenazah tersebut di Grand Hyatt Erawan setelah menerima telepon dari staf hotel sekitar pukul 5.30 sore (10:30 GMT). Seorang pejabat polisi juga menolak laporan sebelumnya di media Thailand bahwa keenam orang itu telah dibunuh dalam penembakan. “Tidak ada tanda-tanda penembakan,” kata pejabat tersebut kepada Reuters, menambahkan bahwa ada warga negara Vietnam di antara yang tewas. Grand Hyatt Erawan, yang memiliki lebih dari 350 kamar, terletak di distrik wisata populer yang dikenal dengan pusat perbelanjaan mewah dan restoran. Kejadian hari Selasa ini terjadi saat Thailand mencari untuk lebih mempromosikan sektor pariwisatanya, penggerak utama ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara. Tetapi ini bukan kali pertama sektor pariwisata negara itu diguncang oleh insiden seperti itu. Oktober lalu, serangkaian penembakan di mal perbelanjaan mewah, dekat dengan Hyatt, menewaskan dua warga asing, memicu langkah-langkah pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan pada pariwisata. Lebih dari 28 juta wisatawan asing mengunjungi Thailand tahun lalu, menghabiskan 1,2 triliun baht ($33,3 miliar) di negara tersebut, di mana sektor-sektor ekonomi lainnya lambat pulih dari pandemi COVID-19. Pemerintah mengharapkan 35 juta kedatangan wisatawan asing tahun ini, berkat periode tinggal visa yang lebih lama dan pembebasan untuk beberapa kewarganegaraan.

MEMBACA  Pengadilan tinggi Pakistan memberikan lebih banyak kursi kepada partai mantan PM yang dipenjara