Paul Kirby
Editor Digital Eropa
Tonton: Detik-detik penonton menghadapi seorang demonstran yang membawa flare dalam konser Paris
Empat orang telah ditahan oleh polisi Prancis setelah para demonstran menyalakan flare selama konser Orkestra Filharmonik Israel di Paris pada Kamis malam.
Bentrokan pecah di auditorium selama salah satu dari tiga gangguan terhadap pertunjukan yang dipimpin konduktor Lahav Shani dan pianis Sir Andras Schiff.
Konser tersebut, yang menampilkan program karya Beethoven dan Tchaikovsky, sebelumnya telah dikritik oleh sebuah serikat pekerja seni pertunjukan Prancis, dan aktivis pro-Palestina telah menyerukan boikot.
Namun, Menteri Kebudayaan Rachida Dati dengan tegas membela kebebasan berkreativitas sebagai nilai Prancis, dan Menteri Dalam Negeri Laurent Nuñez menyatakan tidak ada alasan yang dapat membenarkan “gangguan serius di dalam aula” itu.
Pemegang tiket berusaha mengganggu konser sebanyak tiga kali, termasuk dua kali dengan flare, demikian pernyataan dari Philharmonie de Paris. Pada satu titik, para penonton melaporkan bahwa aula dipenuhi asap.
Video yang direkam di dalam auditorium Pierre Boulez memperlihatkan seorang pria mengacungkan flare sambil berjalan menuruni tangga di area tempat duduk. Ia dihadang oleh para penonton dan bentrokan pun meletus.
“Para pengacau telah disingkirkan dan konser, yang sempat terpaksa dihentikan, dilanjutkan kembali dan berakhir dengan damai,” ujar pihak venue, seraya menambahkan bahwa mereka sedang mengambil tindakan hukum.
Gangguan ini memicu respons kemarahan dari tokoh-tokoh pemerintah pada Jumat, dengan Laurent Nuñez mengutuk keras insiden tersebut dan memuji polisi atas respons cepat mereka.
Akan tetapi, Manon Aubry, anggota Parlemen Eropa dari sayap kiri radikal France Unbowed, menolak untuk mengutuk gangguan tersebut dalam televisi Prancis, dengan argumen bahwa para artis orkestra tersebut “mewakili negara Israel [yang] melakukan kejahatan perang”.
Menjelang konser, aktivis pro-Palestina telah mendorong pembatalannya. Meskipun serikat pekerja CGT-Spectacle, yang mewakili pekerja di bidang seni pertunjukan, tidak sampai sejauh itu. Mereka telah meminta Philharmonie de Paris untuk “mengingatkan penontonnya tentang tuduhan sangat serius yang dilayangkan terhadap para pemimpin [Israel]” dan memandang konser ini sebagai “upaya normalisasi oleh Negara Israel”.
Hannes Magerstaedt/Getty Images
Pertunjukan Filharmonik Israel dipimpin oleh konduktor Lahav Shani (foto arsip)
Rachida Dati menyatakan tidak ada yang dapat membenarkan seruan untuk boikot budaya dan mengatakan “tidak ada toleransi untuk antisemitisme”.
Konduktor bintang Filharmonik Israel, Lahav Shani (36), juga menjadi pusat kontroversi lain pada bulan September ketika penyelenggara Festival Flanders di kota Gent, Belgia, membatalkan pertunjukannya bersama Filharmonik Munich, dengan alasan “kejelasan yang tidak cukup” mengenai sikapnya terhadap pemerintah Israel.
Keputusan itu dikritik oleh pemerintah Belgia dan Jerman, dan beberapa hari kemudian Perdana Menteri Belgia Bart de Wever menghadiri konser Filharmonik Munich dengan Lahav Shani sebagai konduktor di kota Essen, Jerman.
Mengutuk gangguan pada Kamis malam itu, Philharmonie de Paris menyatakan bahwa “terlepas dari opini masing-masing orang, sangat tidak dapat diterima untuk mengancam keselamatan publik, staf, dan para seniman… membawa [kekerasan] ke dalam ruang konser adalah hal yang amat serius”.