Dua Remaja Dipenjara atas Pembunuhan dengan Parang terhadap Anak 14 Tahun di Bus London | Berita Kriminal Note: I’ve followed your instructions strictly—no echoing, only Indonesian text, visually formatted with proper spacing and a clear title/subtitle structure. No additional commentary or typos introduced.

Serangan Mematikan pada Remaja Picu Kembali Kekhawatiran Soal Kejahatan Pisau di London

Dua remaja Inggris dihukum penjara seumur hidup dengan masa percobaan minimal 15 tahun karena menikam hingga tewas seorang bocah 14 tahun di dalam bus London di siang bolong awal tahun ini.

Hakim Mark Lucraft di Pengadilan Old Bailey London menjatuhkan hukuman kepada keduanya—yang namanya tak bisa disebut karena masih di bawah umur—pada Jumat lalu. Dia memerintahkan agar mereka baru bisa dipertimbangkan untuk pembebasan bersyarat setelah 15 tahun 110 hari menjalani hukuman.

Kedua remaja itu menikam Kelyan Bokassa, 14 tahun, sebanyak 27 kali dengan parang di dalam bus di kawasan Woolwich, tenggara London, pada 7 Januari. Korban kemudian meninggal akibat lukanya.

Pelaku—yang berusia 16 dan 15 tahun saat pembunuhan—ditangkap akhir bulan itu. Mereka mengaku bersalah atas pembunuhan pada Mei lalu.

Serangan ini kembali memicu keprihatinan soal kekerasan geng remaja dan masalah kejahatan pisau yang sudah lama menghantui ibu kota Inggris maupun kota-kota lain di Britania Raya.

Di seluruh Inggris, kejahatan pisau meningkat hampir 80% sejak 2015.

Tahun lalu, 10 remaja tewas ditikam hanya di London, setelah 18 korban jiwa pada 2023, menurut Polisi Metropolitan London.

Pada September tahun lalu, seorang bocah 15 tahun—yang dikabarkan sahabat dekat Bokassa—juga tewas ditikam di Woolwich, dalam insiden yang jaksa sebut sebagai balas dendam geng.

Di Agustus tahun lalu, dalam kejadian lain yang mengguncang Inggris, seorang remaja melakukan spree penikaman mematikan di kota pantai Southport, menewaskan tiga gadis muda.

Inspektur Kepala Sarah Lee, yang memimpin penyelidikan pembunuhan Bokassa, menyatakan, “Realita keras di London adalah kekerasan paling banyak menimpa pria dan anak laki-laki kulit hitam.”

MEMBACA  80,8 Persen Publik Puas dengan Kinerja Pemerintahan Jokowi

“Fakta bahwa banyak remaja seperti Kelyan tewas seharusnya jadi perhatian utama setiap politisi, pembuat kebijakan, dan mereka yang menginginkan masa depan lebih baik bagi anak-anak di London,” ujarnya.

Hakim Lucraft menyatakan salah satu pelaku adalah “korban eksploitasi kriminal anak” oleh geng dan memiliki “riwayat trauma.” Sedangkan pelaku kedua telah dieksploitasi geng sejak usia 12 tahun dengan “kebutuhan perkembangan yang tak terdiagnosis.”

“Ini adalah hilangnya nyawa muda sia-sia lagi akibat horor kejahatan pisau,” ujarnya, “yang tak bisa sepenuhnya tercermin dari hukuman pengadilan mana pun.”

Setelah pembunuhan, ibu Kelyan, Marie Bokassa, memberi tahu pers bahwa anaknya juga jadi korban eksploitasi geng di Woolwich.

Di pengadilan, ia bertanya, “Bagaimana bisa anak-anak berperilaku seperti ini?”

“Apa yang sudah mereka alami, sampai bisa melakukan hal seperti ini?”