PERLU DIKETAHUI
Hamza Benhilal, 33, dan Khaled El Gamal, 28, sedang mengunjungi Taman Nasional Banff di Calgary, Kanada, pada Kamis, 19 Juni.
Selama kunjungan mereka, tebing tempat mereka berdiri tiba-tiba longsor dan memicu runtuhan batu yang mengarah ke dua pendaki itu.
Benhilal melihat batu-batu besar jatuh dan memperingatkan El Gamal untuk lari, sayangnya Benhilal tewas dalam bencana alam tersebut.
Dua sahabat ini sedang menjelajahi Taman Nasional Banff pada 19 Juni ketika mereka menghadapi longsoran batu berbahaya yang merenggut nyawa salah satu dari mereka.
Hamza Benhilal (33) dan Khaled El Gamal (28) berada di jalur pendakian Bow Glacier Falls saat tebing itu runtuh sekitar pukul 13.30. Benhilal, asal Maroko, dan El Gamal, asal Mesir, mendengar suara keras yang menurut El Gamal seperti petir.
"Aku membeku seperti rusa yang terkena sorot lampu," kata El Gamal kepada Canadian Press. Ia tersadar dari kekagetannya ketika Benhilal berteriak menyuruhnya lari. "Dia menyelamatkanku dengan teriakannya."
"Dia berteriak keras, menyuruhku lari, lari, lari. Itu yang membuatku sadar dan mulai berlari, karena awalnya aku syok. Rasanya seperti adegan film, melihat batu-batu berjatuhan dari samping," ujarnya kepada CTV News.
"Kalau bukan karena dia, aku pasti masih berdiri di sana, kaku karena syok. Pikiranku blank saat itu. Tapi dia berteriak, menyuruhku lari, dan akhirnya aku selamat."
El Gamal berhasil lolos dari longsoran tapi kehilangan kontak dengan Benhilal.
"Batunya jatuh sangat cepat," katanya. "Batu-batu itu menghantam kakiku sampai aku terjatuh. Yang kuingat, aku melindungi kepala dengan tangan dan membelakangi longsoran. Batu terus menghantam punggungku."
"Daku berlumuran darah dan hampir tak bisa bergerak," ujarnya sambil menceritakan bahwa ia juga muntah beberapa kali. "Ini pengalaman paling menyakitkan dalam hidupku."
El Gamal menderita luka serius tapi tidak kritis, termasuk patah tulang belikat dan panggul, serta luka di wajah, bahu, punggung, kaki, dan telapak kaki.
Ia berusaha mencari pertolongan untuk Benhilal, tapi tak seorang pun bisa menemukannya. "Aku terus bertanya, ‘Temanku di mana?’ Tapi tak ada yang tahu. Kami baru tahu nasibnya ketika diberitahu bahwa jenazahnya ditemukan di bawah reruntuhan," ujarnya.
Selain Benhilal, seorang profesor universitas pensiunan, Jutta Hinrichs (70), juga tewas. Dua orang lainnya terluka.
El Gamal memuji bantuan para pendaki lain yang ikut mencari Benhilal.
"Mereka tidak langsung pergi, tapi tetap menunggu dan membantu kami meski harus mempertaruhkan nyawa mereka sendiri," katanya.
"Kejadian ini terus terbayang di kepalaku," ujarnya, menambahkan bahwa orang-orang yang menjenguknya di rumah sakit juga ikut merasakan trauma itu.
El Gamal menganggap Benhilal seperti "kakak sendiri."
"Dia orang yang sangat baik dan bijak. Aku selalu meminta nasihatnya ketika ada masalah," kenangnya.
"Harapanku, kita bisa mengantarkannya kembali ke Maroko," kata El Gamal. "Kami diberi tagihan pemakaman yang sangat besar. Semoga ada yang bisa membantu meringankan beban keluarganya."
Baca artikel aslinya di People.