Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan Klaim Netanyahu Tidak Serius Capai Gencatan Senjata
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak sungguh-sungguh dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Dalam pertemuan dengan delegasi Hamas pada Jumat, Fidan menyatakan bahwa Israel menerapkan kebijakan genosida dan Netanyahu tidak berniat tulus dalam negosiasi gencatan senjata, menurut media negara Turki.
"Gaza menyaksikan genosida yang membuat dunia malu," kata Fidan kepada delegasi, seperti diklaim Hamas. "Dengan memperpanjang negosiasi, Israel ingin menghancurkan perlawanan rakyat Palestina di Gaza dan memaksa mereka meninggalkan rumah mereka."
Fidan juga menuduh Israel berusaha mengusir warga Palestina dari Gaza dan menganeksasi Tepi Barat.
Dalam pertemuan di Istanbul, delegasi Hamas yang dipimpin Muhammad Darwish menyatakan bantuan kemanusiaan ke Gaza tidak memadai dan mengecam dugaan ketidakmauan Israel berkompromi dalam negosiasi tahanan-gencatan senjata.
Erdogan Beri Pernyataan Dukungan untuk Gaza
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menulis di X/Twitter setelah pertemuan: "Bagi mereka yang menyerang pemerintah kami dengan kata-kata tak pantas, saya hanya berkata: Siapa kalian hingga mempertanyakan kepedulian kami pada Palestina? Bukankah kalian yang menyebut warga Gaza, yang mempertahankan tanahnya hingga kemarin, sebagai ‘teroris’? Jika kalian di pihak tertindas, di mana kalian selama 14 tahun di Suriah?"
"Kalian tidak pernah berdiri di samping yang lemah. Kalian tak pernah melihat Timur Tengah dengan kacamata persaudaraan. Kalian tak mengerti artinya ummah, atau merasakannya di hati. Sekarang kalian berani mengkritik kami tanpa melihat rekam jejak kelam sendiri, menyerang menteri kami tanpa malu."
"…Kalian tak bisa mencabut cinta rakyat Palestina pada Turki dan Tayyip Erdogan. Kalian tak bisa halangi bangsa Turki merangkul saudaranya lagi setelah seabad. Sekalipun kalian ingkari, sejarah mencatat keteguhan kami."
Dalam unggahan lanjutan, Erdogan menulis: "Pintu merah kebebasan pasti terbuka. Saudara-saudari kami di Gaza, insya Allah, akan hidup merdeka di tanah air mereka, tanah yang disiram darah syuhada. Saat hari mulia itu tiba, jika Allah mengizinkan, kami akan ada di sana."
"…Kami akan rangkul mereka dengan cinta, saling berpelukan, dan insya Allah, berdiri bahu-membahu untuk shalat syukur. Seperti di Suriah, kami akan saksikan akhir penindasan di Gaza, dan mencapai hari-hari indah itu. Semua akan berlalu, penindasan berakhir, darah berhenti, reruntuhan dibersihkan; insya Allah, Palestina tetap tegak dalam keagungannya."