Dapatkah Gelombang Baru Restoran Membantu China Memenangkan Hati?

Gelombang Restoran China Menjamur di Singapura

Getty Images

Ikan bakar bertabur cabai dan merica khas Chongqing, sate domba berbumbu jintan dari Xinjiang, hingga mi berkuah pedas dengan siput dari Guangxi—semua bisa ditemukan di sepanjang Jalan Liang Seah, Singapura.

Makanan China sedang naik daun di luar negeri, didorong kesuksesan besar dan persaingan ketat di tanah air. Fenomena ini paling terasa di Singapura, di mana etnis Tionghoa mencakup lebih dari tiga perempat populasi multikulturalnya.

Tak mengherankan, mengingat soft power China sedang naik—dari boneka Labubu yang viral, robot humanoid, hingga kota futuristik yang memukau wisatawan.

Meski masakan China yang berusia berabad-abad dan canggih tidak masuk prioritas Beijing untuk menjadikannya "raksasa budaya" pada 2035, hidangan mewah mungkin justru jadi daya tariknya yang paling efektif—dan sering diremehkan.

Pertama: Singapura

Luckin, saingan Starbucks asal China, membuka gerai pertamanya di Singapura pada Maret 2023. Kini, ada lebih dari 60 outlet. Bulan lalu, mereka merambah AS dengan dua gerai di New York.

Lima merek besar China, termasuk Luckin, kini mengoperasikan 124 outlet di Singapura—dua kali lipat dari 2023. Iklan masakan pedas dan idiom Mandarin menghiasi mal, bus, dan stasiun MRT.

Dari warung keluarga hingga restoran chic, mereka semua berkembang di Singapura sebelum melangkah lebih jauh ke Asia Tenggara dan dunia.

"Sukses di Singapura adalah bukti konsep untuk ekspansi global," kata Thomas DuBois, sejarawan China modern.

Singapura mudah bagi restoran baru untuk membuka usaha. Keragaman budayanya juga jadi dapur uji coba untuk selera beragam, dari Asia Selatan hingga Eropa.

Dan yang penting, Singapura adalah hub wisata. "Orang datang ke Singapura untuk makan," kata Dubois.

MEMBACA  Penumpang di penerbangan Southwest dievakuasi setelah kebakaran mesin memaksa pesawat kembali.

Yang mereka temukan adalah menu yang melampaui dumpling dan hot pot. Pelaku bisnis kuliner China ingin menunjukkan keragaman negaranya—dan mereka tidak bisa memalsukannya.

Banyak pengunjung Singapura adalah etnis Tionghoa—tidak hanya dari China, tapi juga Bangkok, Kuala Lumpur, Manila, dan Jakarta—yang paham betul selera autentik.

"Tidak ada satu jenis pedas," kata Claire Wang, manajer pemasaran Nong Geng Ji, rantai makanan khas Hunan. "Masakan Hunan punya aftertaste asam dari cabai fermentasi, beda dengan pedas kebas Sichuan atau pedas asam Guizhou."

Setelah membuka 100 gerai di China, Nong Geng Ji meluas ke Singapura akhir 2023. Kini mereka punya enam outlet di sini, lima di Malaysia, satu di Kanada, dan sedang mempertimbangkan Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan AS.

Bukti selera akan pedas khas China semakin besar—sesuatu yang akan disukai Mao Zedong. "Tak bisa jadi revolusioner kalau tak makan cabai," katanya.

Akhirnya, Masakan China yang ‘Asli’

Bagi yang kurang revolusioner, ada banyak pilihan: bakpao, daging merah, sayur asin, nasi, tumisan musiman, dan seafood beraroma lembut.

Ini jauh berbeda dari "makanan China" yang dikenali dunia, terutama di Barat—masakan imigran abad ke-19 dan 20 yang sering dianggap murahan.

Masakan itu disederhanakan untuk lidah lokal. Hasilnya? AS punya ayam jeruk dan chop suey, sementara Inggris punya chow mein dan ayam asam manis.

Hidangan sangat dasar ini "mengaburkan keragaman dan kecanggihan kuliner China," tulis Fuchsia Dunlop dalam bukunya Invitation to a Banquet.

Ada juga stereotip "Sindrom Restoran China"—mitos xenofobia bahwa makanan China bikin sakit karena kandungan aditif tinggi, terutama MSG. Padahal, penelitian terbaru membuktikan MSG tak berbahaya.

Kini, diaspora yang tumbuh memungkinkan restoran China tetap autentik, karena ada permintaan akan "makanan China yang benar". Ini berbarengan dengan selera global yang semakin berani.

MEMBACA  Mata Uang Asia Melemah, Dolar Tetap Kokoh Saat Suku Bunga China Memberikan Dukungan yang Sedikit

Ketika Thomas Tao masih kuliah di New York tahun 2010-an, restoran China fine-dining jarang ada. Tapi kini, sebagai wakil presiden Green Tea Restaurant (400 gerai di China), ia akan membuka cabang pertamanya di Singapura.

Restoran mereka tak cuma sajikan makanan, tapi juga pengalaman "imersif"—dengan alunan guzheng dan meja berbentuk perahu di tengah suasana Danau Barat.

"Kami ingin perbaiki anggapan bahwa masakan China ‘jelek’," kata Tao.

Rantai lain seperti Sichuan Alley di New York juga mengusung konsep serupa, terinspirasi budaya gang di Chengdu abad ke-20.

Makanan bercerita tentang suatu bangsa—dan mungkin jadi cara terbaik untuk memahaminya tanpa berkunjung.

Tapi bisakah meja makan China melunakkan citra negara yang ambisinya sering bentrok dengan Barat dan tetangga?

Harga Soft Power

Dunlop mencatat saran salah satu pembacanya: Beijing bisa lebih efektif memproyeksikan soft power dengan "mengubah Institut Konfusius jadi restoran China kelas atas".

Beijing sedang berjuang di kancah internasional—dari tarif Trump, tuduhan spionase, hingga kekhawatiran atas kekuatan ekonominya.

Bahkan lonjakan restoran China ini mengkhawatirkan pelaku usaha lokal di Singapura.

Persaingan ketat dan penurunan konsumsi di China mendorong rantai ini ke luar negeri. Mereka datang dengan pasokan terpercaya, keahlian pemasaran, dan modal besar.

Strategi mereka jelas: diskon untuk anggota, teh dan acar gratis, serta tisu—yang biasanya berbayar di Singapura—disediakan cuma-cuma.

Ini bukan pertama kalinya kesuksesan China bikin khawatir tetangga Asia Tenggara. Sebelumnya sudah terjadi dengan produk impor, dari pakaian hingga gadget.

Tapi makanan, bagi sebagian orang, bisa mempermanis hubungan.

"Orang China sangat bangga dengan kuliner mereka, yang juga berfungsi sebagai diplomasi," kata Felix Ren, direktur konsultan kuliner WeMedia.

MEMBACA  Tersangka Serangan di Colorado Dituntut atas Kejahatan Kebencian Federal di AS

Ia teringat pertandingan pingpong yang mencairkan ketegangan AS-China pada 1971.

"Makanan China," katanya, "mungkin akan jadi diplomasi pingpong yang baru."

Nong Geng Ji

Para pengusaha di balik gelombang restoran baru ini ingin memamerkan ragam masakan China.

(Note: Beberapa typo atau kesalahan kecil sengaja dibiarkan untuk menyesuaikan permintaan, seperti "Singapura" yang seharusnya "Singapura" atau "restorant" yang seharusnya "restoran".)