Delapan orang juga terluka dalam pertempuran dengan ‘teroris’ di wilayah sengketa antara Sudan dan Sudan Selatan.
Diterbitkan Pada 13 Des 202513 Des 2025
Klik untuk membagikan di media sosial
share2
Setidaknya enam penjaga perdamaian Bangladesh tewas dalam serangan “teroris” terhadap sebuah markas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Abyei, wilayah sengketa antara Sudan dan Sudan Selatan, menurut keterangan angkatan darat Bangladesh.
Serangan pada hari Sabtu itu juga melukai delapan orang lainnya, sebagaimana dinyatakan oleh pihak militer.
Rekomendasi Cerita
list of 3 itemsend of list
“Situasi di area tersebut masih labil dan bentrokan dengan para teroris masih berlangsung,” ungkap pihak angkatan darat dalam sebuah pernyataan, sembari menambahkan bahwa otoritas tengah berupaya memberikan perawatan medis dan operasi penyelamatan bagi para korban luka.
Misi PBB belum memberikan komentar secara langsung.
Serangan ini terjadi hanya sebulan setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperpanjang masa tugas Pasukan Keamanan Sementara PBB untuk Abyei (UNISFA), misi penjaga perdamaian di wilayah sengketa yang kaya minyak antara Sudan dan Sudan Selatan, untuk satu tahun berikutnya.
Bangladesh merupakan salah satu kontributor terbesar bagi misi-misi penjaga perdamaian PBB, dan pasukannya telah lama ditempatkan di Abyei, sebuah wilayah rentan yang diperebutkan oleh Sudan dan Sudan Selatan.
Misi perdamaian UNISFA pertama kali diterjunkan pada tahun 2011.
Sebanyak 4.000 personel polisi dan tentara UNISFA bertugas melindungi warga sipil di wilayah yang kerap dilanda bentrokan bersenjata tersebut.
Wilayah Abyei terbelah antara dua kelompok berbeda dengan kesetiaan yang berlainan.
Suku Ngok Dinka memiliki ikatan etnis, budaya, dan bahasa yang kuat dengan Dinka di Sudan Selatan, sementara Misseriya merupakan suku Arab pengembala yang terkait dengan Sudan.
Masa depan Abyei merupakan aspek krusial dalam perjanjian damai 2005 yang ditandatangani pemerintah Sudan dan kelompok pemberontak, yang mengakhiri perang saudara kala itu dan membuka jalan bagi kemerdekaan Sudan Selatan.
Namun, gejolak di wilayah sengketa dengan Sudan Selatan juga terus berlanjut di saat Sudan sendiri dilanda perang saudara yang lebih baru yang pecah pada April 2023, ketika dua jenderal bertarung memperebutkan kendali atas negara tersebut.
Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan, yang telah melakukan kekejaman di Darfur dan wilayah lainnya, juga aktif beroperasi di Abyei.