Bandara Munich di Jerman telah dibuka kembali setelah sempat ditutup paksa otoritas setempat pada malam sebelumnya untuk yang kedua kalinya dalam kurun wakti kurang dari 24 jam akibat penampakan drone yang diduga. Kejadian ini memperkuat kekhawatiran banyak pihak di Eropa bahwa perang Rusia di Ukraina berpotensi meluas ke seluruh kawasan.
Salah satu bandara terbesar di Jerman itu secara bertahap beroperasi kembali mulai pukul 07.00 waktu setempat (05.00 GMT) pada hari Sabtu.
Sebanyak 46 penerbangan dari bandara tersebut terpaksa dibatalkan atau ditunda hingga hari Sabtu, mengakibatkan sekitar 6.500 penumpang terdampak.
Menurut pihak Bandara Munich, pada Jumat malam, "mulai pukul 21:30, lalu lintas udara dibatasi dan kemudian dibatalkan karena adanya laporan penampakan drone". Akibatnya, 23 penerbangan datang dialihkan dan 12 penerbangan menuju Munich dibatalkan, sehingga hampir 3.000 penumpang terlantar.
Seorang juru bicara polisi kepada kantor berita AFP menyatakan bahwa terdapat "dua laporan terkonfirmasi secara simultan mengenai penampakan drone oleh patroli polisi sesaat sebelum pukul 23:00 di sekitar landasan pacu utara dan selatan".
"Drone tersebut langsung menjauh sebelum dapat diidentifikasi," tambahnya.
Otoritas setempat belum dapat memberikan informasi mengenai pihak yang bertanggung jawab di balik penerbangan drone tersebut.
Sejumlah bandara di Denmark, Norwegia, dan Polandia baru-baru ini juga menunda penerbangan karena adanya drone tak dikenal. Sementara itu, Rumania dan Estonia menuding Rusia berada di balik serangan drone di wilayah mereka. Drone juga terlihat di Belgia pada malam hari di atas sebuah pangkalan militer.
Namun, beberapa pakar menyatakan bahwa siapa pun yang memiliki drone bisa saja berada di balik insiden ini.
Sebelumnya, pada hari Jumat, Menteri Dalam Negeri Jerman Alexander Dobrindt menyatakan kepada surat kabar Bild bahwa insiden pada malam pertama merupakan "peringatan" tentang ancaman dari drone. Ia menekankan perlunya "lebih banyak pendanaan dan penelitian" mengenai masalah ini di tingkat nasional dan Eropa.
Gangguan ini terjadi saat Jerman merayakan Hari Persatuan Jerman pada hari Jumat—sebuah hari libur nasional—dan saat Munich bersiap untuk akhir pekan terakhir penyelenggaraan Oktoberfest.
Acara bir tahunan dan pesta rakyat tersebut sebelumnya telah ditutup selama setengah hari pada hari Rabu akibat ancaman bom.
Pemerintah Jerman diperkirakan akan menyetujui rencana perubahan undang-undang pada hari Rabu untuk mengizinkan tentara menembak jatuh drone jika diperlukan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan Eropa pada hari Kamis bahwa serangan drone baru-baru ini menunjukkan bahwa Moskow berupaya "meningkatkan" agresinya.
Jerman sendiri berada dalam siaga tinggi, menyatakan segerombolan drone telah terbang melintasi negara itu pekan lalu, termasuk di atas situs militer dan industri.
Denmark juga meningkatkan kewaspadaan, dengan Perdana Menteri Mette Frederiksen menegaskan pekan lalu bahwa hanya satu negara yang "merupakan ancaman bagi keamanan Eropa—yaitu Rusia".
Moskow menyatakan "dengan tegas menolak" segala tuduhan keterlibatan. Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Eropa membangkitkan "histeria" untuk membenarkan peningkatan pengeluaran militer.
Berbicara di Klub Diskusi Valdai di kota resor Laut Hitam, Sochi, pada hari Kamis, Putin berkelakar mengenai klaim Eropa bahwa drone Rusia telah memasuki wilayah udara NATO. Ia berkata bahwa ia berjanji tidak akan melakukannya lagi, khususnya untuk Denmark, dan bahwa ia tidak memiliki drone yang mampu terbang hingga ibu kota Portugal, Lisbon.
"Saya tidak akan. Saya tidak akan [mengirim] drone lagi, baik ke Prancis maupun Denmark, Kopenhagen. Ke mana lagi mereka terbang?" canda Putin.