Serangan yang gagal adalah kejadian terbaru yang menimbulkan pertanyaan tentang kurangnya pertanggungjawaban atas kematian warga sipil akibat serangan AS. Departemen Pertahanan Amerika Serikat telah mengakui bahwa serangan drone di Suriah, yang awalnya dikatakan berhasil mengincar seorang pemimpin al-Qaeda, sebenarnya membunuh seorang petani.
Pentagon menyatakan pada hari Kamis bahwa serangan drone pada 3 Mei 2023, membunuh seorang gembala berusia 56 tahun bernama Lutfi Hasan Masto, yang awalnya salah diidentifikasi sebagai anggota senior al-Qaeda.
Komando Pusat AS, yang mengawasi aktivitas militer di Timur Tengah, menulis bahwa mereka “mengakui dan menyesali kerusakan sipil yang terjadi akibat serangan udara tersebut.”
Pembunuhan Masto merupakan kejadian terbaru yang menimbulkan pertanyaan tentang dampak perang drone AS terhadap warga sipil, yang sering kali menjadi korban dari serangan yang gagal.
AS telah semakin bergantung pada drone bersenjata untuk melakukan serangan di berbagai negara di Timur Tengah dan Afrika, yang memungkinkan militer untuk menargetkan kelompok bersenjata tanpa risiko atau potensi backlash publik yang menyertainya jika pasukan dikerahkan ke lapangan.
Namun, meskipun serangkaian insiden berprofil tinggi — termasuk serangan drone selama penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak — pertanggungjawaban untuk pejabat AS jarang terjadi. Keluarga warga sipil yang tewas dalam serangan juga kesulitan untuk mendapatkan restitusi.
Pentagon mengatakan bahwa sedikit detail dari investigasi Masto akan dirilis, dengan alasan klasifikasi informasi sensitif, namun bahwa serangan tersebut sesuai dengan hukum konflik bersenjata.
The Washington Post, sebuah media berita AS, menerbitkan laporan tahun lalu yang meragukan versi awal Pentagon tentang serangan tersebut, termasuk klaim mereka bahwa yang tewas adalah seorang pemimpin al-Qaeda.
Associated Press juga melaporkan segera setelah serangan bahwa kerabat dan tetangga mengatakan bahwa korban tidak memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata dan sebaliknya adalah seorang petani yang beternak domba, ayam, dan sapi.
“Investigasi mengungkapkan beberapa masalah yang dapat diperbaiki,” kata Komando Pusat AS. “Kami berkomitmen untuk belajar dari insiden ini dan meningkatkan proses penargetan kami untuk mengurangi potensi kerusakan sipil.”