Uskup Agung Bagrat Galstanyan, Pemimpin Protes Anti PM, Dituduh Rencana Gulingkan Pemerintah
Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengklaim bahwa aparat keamanan telah menggagalkan rencana kudeta yang melibatkan seorang pemimpin gereja nasional Armenia.
Penangkapan Uskup Agung Bagrat Galstanyan, pemimpin gerakan oposisi Holy Struggle, pada Rabu lalu menandai eskalasi ketegangan antara Pashinyan dan hierarki Gereja Apostolik yang berpengaruh.
Pemimpin gereja, Catholicos Garegin II, telah menyerukan pengunduran diri Pashinyan setelah Armenia kalah perang melawan Azerbaijan pada 2020. Sementara itu, Galstanyan, pemimpin Keuskupan Tavush, memimpin aksi protes besar tahun lalu untuk menjatuhkan PM, mencerminkan kemarahan publik atas kekalahan militer dan konsesi teritorial ke Azerbaijan.
“Aparat penegak hukum menggagalkan rencana besar dan jahat dari ‘klerus kriminal-oligarki’ untuk destabilisasi Republik Armenia dan merebut kekuasaan,” tulis Pashinyan di Facebook, mengutip pernyataan Komite Investigasi Armenia.
Komite tersebut menyatakan telah menjerat Galstanyan dan 15 lainnya dengan tuduhan kriminal, dengan dalih mereka “memperoleh sarana dan alat untuk melancarkan serangan teror serta kudeta.” Sebanyak 14 orang telah ditangkap, meski identitasnya tidak disebutkan.
Pernyataan resmi menyebut Galstanyan—yang pernah menyatakan keinginannya menggantikan Pashinyan meski tak memenuhi syarat karena statusnya sebagai warga ganda Armenia-Kanada—berupaya menggulingkan pemerintah lewan dukungan pengikutnya.
Kelompok ini disebut merekrut sekitar 1.000 orang, kebanyakan mantan tentara dan polisi, lalu membaginya dalam kelompok-kelompok untuk memblokir jalan, menghasut kekerasan, atau mengganggu akses internet. Mereka juga diduga mengumpulkan senjata, bahan peledak, serta material berbahya lainnya.
Pencarian sedang dilakukan di kediaman Galstanyan dan sekitar 30 orang terkait. Komite juga merilis rekaman audio yang diklaim berisi pembicaraan tentang rencana kudeta.
"Kami Datang"
Situs berita Armenia, News.am, menayangkan video Galstanyan dibawa keluar rumah oleh polisi bermasker dan diangkut mobil.
“Kejahatan, dengarlah baik-baik—apapun yang kau lakukan, waktumu tinggal sedikit. Bertahanlah, kami datang,” ujarnya, dikutip AFP, sementara kerumunan di luar berteriak “Nikol pengkhianat.”
Politikus pendukung Galstanyan, Garnik Danielyan, menyebut penggerebekan sebagai “aksi rezim diktator” dan menuduh tuntutan terhadap uskup agung itu direkayasa.
Sebelumnya, miliader properti Rusia-Armenia, Samvel Karapetyan, juga ditangkap dengan tuduhan menghasut upaya perebutan kekuasaan.
Negra Terbelah
Kekalahan memalukan Armenia dari Azerbaijan, yang berujung pada kehilangan Nagorno-Karabakh pada 2023, memperdalam polarisasi di dalam negeri, khususnya antara Pashinyan dan Gereja Apostolik.
Awal bulan ini, Pashinyan gagal mencopot Garegin II, namun tetap mendorong pemilihan pemimpin spiritual baru untuk “membebaskan” gereja.
Rusia, sekutu Armenia, menyebut isu kudeta sebagai urusan internal Yerevan, tapi berharap stabilitas tetap terjaga, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.