Pihak berwenang sedang menyelidiki penembakan fatal di luar Museum Yahudi Capital di Washington, DC, sebagai kejahatan kebencian dan ‘terorisme’.
Oleh Maria Briceño | Politifact
Diterbitkan pada 28 Mei 2025
Setelah penembakan fatal terhadap dua karyawan kedutaan Israel di Washington, DC pekan lalu, beberapa pengguna media sosial mengklaim insiden tersebut adalah “false flag” karena waktu dan lokasinya.
“Jadi kamu bilang dua diplomat Israel tewas di seberang kantor lapangan FBI depan museum Yahudi yang *sudah tutup* 4 jam sebelumnya,” tulis sebuah unegahan X pada 22 Mei. “Dan sehari setelah Israel menembak diplomat Eropa dan Eropa bicara sanksi, kamu pikir ini bukan false flag?”
Unegahan X lain juga berspekulasi serupa tentang penembakan mematikan pada 21 Mei itu.
Istilah “false flag” berawal dari penyalahgunaan bendera. Secara historis, operasi false flag merujuk pada pasukan militer atau kapal yang mengibarkan bendera negara lain untuk menipu.
Beberapa operasi false flag yang terkonfirmasi pernah terjadi dalam sejarah. Tapi belakangan ini, teori konspirasi lebih sering menuduh peristiwa nyata sebagai “false flag”—yaitu serangan yang sengaja dibuat seolah dilakukan oleh pihak tertentu, padahal pelakunya orang lain.
Klaim false flag tanpa dasar sering muncul setelah insiden kekerasan massal, termasuk perang Israel di Gaza, penembakan sekolah Uvalde 2022, dan serangan 6 Januari 2021 di Capitol AS.
Sejarawan memperingatkan bahwa rumor media sosial yang menyebut peristiwa besar sebagai “false flag” harus disikapi dengan skeptis. Operasi false flag asli secara logistik rumit dan melibatkan banyak orang.
PolitiFact tidak menemukan bukti kredibel yang mendukung klaim bahwa penembakan karyawan kedutaan Israel ini adalah false flag.
Yang kita ketahui tentang penembakan ini
Unegahan X menyatakan penembakan ini—yang terjadi pada hari Rabu—adalah “false flag” karena museum sudah tutup empat jam sebelumnya. Museum biasanya tutup pukul 17.00 pada Rabu, kecuali Rabu pertama setiap bulan, saat tutup pukul 20.00.
Tapi, American Jewish Committee mengadakan acara di museum pada 21 Mei yang dijadwalkan selesai pukul 21.00.
Penyelidikan awal menyebut penembakan terjadi setelah pukul 21.00 waktu setempat saat dua korban, Yaron Lischinsky dan Sarah Lynn Milgrim, keluar dari acara di Museum Yahudi Capital, kata Pamela A Smith, kepala polisi Metropolitan, dalam konferensi pers 21 Mei.
Polisi mengidentifikasi tersangka sebagai Elias Rodriguez, pria 31 tahun dari Chicago, Illinois. Rodriguez meneriakkan “Free, free, Palestine” setelah ditangkap, kata Smith menyatakan. Departemen Kehakiman mendakwanya atas pembunuhan pejabat asing dan kejahatan lain.
Penembakan ini, yang banyak dikritik, terjadi saat aksi Israel di Gaza memicu kemarahan global dan protes menyerukan gencatan senjata.
Jeanine Pirro, Jaksa Sementara AS untuk Distrik Columbia, menyatakan pada 22 Mei bahwa insiden ini diselidiki sebagai kejahatan kebencian dan “terorisme”.
Museum Yahudi Capital berada berseberangan dengan kantor lapangan FBI DC. Direktur FBI Kash Patel dan pemerintah Israel telah mengutuk penembakan ini.
Tidak ada bukti bahwa penembakan ini adalah false flag. Kami menilai klaim ini Salah.