Teori Siklus Bisnis Riil (RBC) merupakan kerangka makroekonomi yang berupaya menjelaskan fluktuasi aktivitas ekonomi sebagai akibat dari guncangan eksogen. Laporan ini berargumentasi bahwa siklus bisnis terutama didorong oleh perubahan produktivitas dan teknologi, bukan oleh kebijakan moneter. Namun, meskipun teori RBC menekankan peran faktor riil, teori ini tidak sepenuhnya mengabaikan pentingnya kebijakan moneter dalam membentuk hasil perekonomian.
Menurut teori RBC, fluktuasi aktivitas ekonomi didorong oleh guncangan terhadap produktivitas dan teknologi. Guncangan ini dapat bersifat positif atau negatif, yang dapat menyebabkan booming atau resesi dalam perekonomian. Misalnya, peningkatan produktivitas karena kemajuan teknologi dapat mengarah pada fase ekspansif, yang ditandai dengan output, lapangan kerja, dan konsumsi yang lebih tinggi. Sebaliknya, guncangan produktivitas yang negatif dapat mengakibatkan fase kontraksi, dengan berkurangnya aktivitas ekonomi.
Kritikus berpendapat bahwa teori RBC meremehkan peran kebijakan moneter dalam mempengaruhi siklus bisnis. Mereka berpendapat bahwa perubahan jumlah uang beredar, suku bunga, dan variabel moneter lainnya dapat berdampak signifikan terhadap aktivitas ekonomi. Kebijakan moneter, menurut pandangan ini, dapat mempengaruhi keputusan investasi, pola konsumsi, dan permintaan agregat, sehingga berdampak pada siklus bisnis.
Meskipun teori RBC mungkin tidak secara eksplisit memasukkan kebijakan moneter sebagai penggerak utama siklus bisnis, teori ini mengakui bahwa faktor moneter dapat berperan dalam memperkuat atau memitigasi dampak guncangan riil. Misalnya, ketika guncangan produktivitas positif terjadi, kebijakan moneter ekspansif dapat membantu mempertahankan fase booming dengan menstimulasi investasi dan konsumsi. Demikian pula, ketika terjadi guncangan produktivitas yang negatif, kebijakan moneter yang akomodatif dapat meringankan penurunan tersebut dengan menurunkan biaya pinjaman dan mendorong belanja.
Selain itu, teori RBC mengakui bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi waktu dan durasi siklus bisnis. Bank sentral memiliki kekuatan untuk mempengaruhi suku bunga, jumlah uang beredar, dan kondisi kredit, yang dapat berdampak signifikan terhadap keputusan investasi dan konsumsi. Dengan menyesuaikan variabel-variabel ini, pembuat kebijakan moneter dapat mencoba menstabilkan perekonomian dan mengurangi keparahan fluktuasi perekonomian.
Namun teori RBC juga menekankan bahwa kebijakan moneter harus dilakukan secara konsisten dengan menjaga stabilitas harga. Akomodasi moneter yang berlebihan untuk mengatasi guncangan riil dapat menyebabkan tekanan inflasi, mengikis daya beli rumah tangga dan melemahkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kesimpulannya, meskipun teori Siklus Bisnis Riil berfokus terutama pada faktor riil seperti guncangan produktivitas dan teknologi sebagai pendorong siklus bisnis, teori ini mengakui peran kebijakan moneter dalam memperkuat atau memitigasi dampak guncangan tersebut. Kebijakan moneter dapat mempengaruhi investasi, konsumsi, dan permintaan agregat, sehingga berdampak pada waktu dan durasi fluktuasi ekonomi. Namun teori RBC menekankan bahwa kebijakan moneter harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjamin stabilitas harga dan menghindari distorsi perekonomian jangka panjang.