Buka newsletter White House Watch secara gratis
Panduanmu untuk memahami apa arti masa jabatan kedua Trump bagi Washington, bisnis, dan dunia.
Penulis adalah direktur studi kebijakan ekonomi di American Enterprise Institute.
Zohran Mamdani, sosialis demokrat yang menang pemilihan walikota Partai Demokrat di New York minggu lalu, ditanya oleh NBC News apakah "miliarder punya hak untuk ada". Jawabannya: "Aku rasa kita seharusnya tidak punya miliarder."
Mamdani keliru. Kita harusnya ingin lebih banyak miliarder, bukan lebih sedikit — apalagi tidak ada sama sekali.
Untuk mendukung pandangannya, Mamdani bilang bahwa satu orang punya "begitu banyak uang di saat ketimpangan sosial besar" itu bermasalah. Dia kayaknya pikir ekonomi adalah permainan zero-sum, di mana jika kau sukses, artinya aku harus gagal. Ini salah besar. Saat jadi kaya, miliarder bikin kita semua lebih kaya, bukan lebih miskin.
Contohnya Jeff Bezos, yang pernikahannya di Venesia menarik perhatian dunia minggu lalu, bersama kekayaannya yang sekitar $240 miliar. Bagaimana pendiri Amazon ini bikin masyarakat lebih kaya sambil mendapat banyak uang untuk dirinya sendiri?
Ekonom dan pemenang Nobel William Nordhaus meneliti hasil inovasi dan menyimpulkan bahwa inovator hanya dapat "bagian kecil" dari manfaat kemajuan teknologi. Nordhaus memperkirakan bagian itu hanya 2,2%. Jika diterapkan, artinya Bezos telah menciptakan sekitar $11 triliun kekayaan untuk kita. Lumayan, kan?
Kekayaan ini berbentuk harga lebih murah, yang meningkatkan daya beli jutaan orang yang belanja di Amazon. Selain itu, kita lebih untung karena tidak perlu lama-lama ke toko, jadi punya lebih banyak waktu untuk kerja atau bersama keluarga. Kita juga bisa akses lebih banyak barang.
Ini tidak cuma berlaku untuk Bezos. Bahkan tanpa amal, miliarder memberi kontribusi positif bagi kesejahteraan. Bill Gates dan Michael Dell membuat ratusan juta pekerja lebih produktif dengan perangkat lunak dan komputer lebih baik, sehingga gaji naik. Larry Page dan Sergey Brin mengubah email, pencarian internet, dan teknologi peta — banyak dari kita rela bayar untuk layanan ini, kalau saja Google tidak memberikannya gratis. Para raja Wall Street juga mengalokasikan modal lebih efisien, yang lama-lama menaikkan produktivitas dan gaji pekerja.
Selain itu, kalau tidak ada miliarder, motivasi anak muda untuk sukses besar akan berkurang. Pengusaha dan profesional hari ini menginspirasi pemimpin masa depan. Sebuah penelitian tahun 2013 menemukan bahwa dua per tiga dari 400 orang terkaya Amerika tidak berasal dari keluarga kaya, dan tujuh dari sepuluh adalah generasi pertama yang menjalankan bisnis.
Perdebatan soal miliarder bagian dari diskusi lebih besar: apakah kapitalisme demokratik kita rusak? Tidak. Salah satu janji moral kapitalisme demokratik adalah bahwa orang dapat imbalan yang adil. Dalam sistem kita, ketimpangan ekonomi bisa diterima jika mencerminkan perbedaan usaha, risiko, keterampilan, dan pilihan. Bukti menunjukkan janji ini terpenuhi — gaji terutama ditentukan produktivitas.
Jadi, miliarder punya kekayaan besar karena kontribusi mereka besar. Pendapatan mereka bukan "dibagikan" — tapi diraih. Tanggapan yang tepat dari pemimpin terpilih adalah merayakan dan mendorong kesuksesan, bukan merendahkannya.
Sayangnya, pesan Mamdani bukan hal baru. Senator Bernie Sanders — juga sosialis demokrat — pernah bilang "miliarder seharusnya tidak ada". Di sayap kiri populis, sering dengar bahwa "setiap miliarder adalah kegagalan kebijakan". Di kanan, Steve Bannon, tokoh gerakan Maga, tahun 2023 minta "kenaikan pajak besar untuk miliarder" agar setia pada Donald Trump.
Tidak adil menjadikan miliarder sasaran kebijakan hukuman. Mereka tidak boleh diperlakukan seperti orang terbuang yang harus diturunkan derajatnya, atau mesin pencetak uang untuk masyarakat. Sebaiknya, mereka diperlakukan seperti kita semua — warga negara penuh, dengan hak dan kewajiban, yang mendapat manfaat dan berkontribusi pada masyarakat.
Mamdani salah — secara moral dan fakta. Dalam jangka panjang, mungkin juga secara politik. Dia harus ingat, populis yang dapat jabatan eksekutif sering frustasi ketika ideologi mereka bertabrakan dengan kenyataan. Kalau dia terpilih jadi walikota November nanti, dia malah bakal berharap ada lebih banyak miliarder di New York — bukan lebih sedikit.