Which? Tuduh Sports Direct Gunakan Taktik Harga Menyesatkan

Toko Ritel Inggris Sports Direct Dihadapi Masalah Soal Harga

Sports Direct, toko ritel di Inggris, sedang diselidiki karena taktik harga mereka. Investigasi ini dilakukan oleh grup konsumen Which? yang tidak berorientasi profit.

Which? khawatir dengan harga referensi di situs Sports Direct. Mereka bilang diskon yang diiklankan mungkin tidak asli. Temuan ini membuat mereka minta UK Competition and Markets Authority (CMA) untuk menyelidiki.

Peneliti Which? sudah cek harga 160 produk di situs Sports Direct. Mereka nemuin kasus di mana harga referensi yang dipake buat tunjukin diskon terlihat tidak benar.

Investigasi ini fokus pada harga eceran yang disarankan (RRP) dan istilah lain seperti harga saran pabrik (MSRP) di situs Sports Direct.

Sports Direct biasa pake RRP buat tunjukin potongan harga ke pelanggan. Tapi, pembaca Which? sering curiga sama RRP ini, dan Sports Direct sering jadi sorotan.

Menurut Advertising Standards Authority (ASA), konsumen mungkin mengira RRP itu harga pasar standar. Ini bikin mereka pikir harga Sports Direct lebih murah.

Tapi, Which? bilang investigasi mereka tunjukin kalau toko online lain tidak jual produk dengan harga RRP atau MSRP seperti yang dikutip Sports Direct. Seringkali, harga pesaing malah sama atau lebih murah, bikin harga referensi Sports Direct dipertanyakan.

Merek Sports Direct dimiliki oleh Frasers Group, penjual pakaian olahraga dan fashion di Inggris.

Pada April 2025, Frasers bekerja sama dengan Accent Group buat perkenalkan dan kelola merek Sports Direct di Australia dan Selandia Baru.

Artikel "Which? Tuduh Sports Direct Pakai Taktik Harga Menyesatkan" awalnya dibuat dan diterbitkan oleh Retail Insight Network, merek milik GlobalData.

Informasi di situs ini hanya untuk tujuan informasi umum. Tidak dimaksudkan sebagai saran yang bisa diandalkan, dan kami tidak menjamin keakuratan atau kelengkapannya. Sebaiknya konsultasi dengan ahli sebelum mengambil tindakan berdasarkan konten di situs kami.

MEMBACA  Ekonom Zonda tidak pernah menduga bahwa Trump, satu-satunya pengusaha properti yang menjadi presiden, akan memberlakukan tarif pada bahan bangunan ketika harga rumah sudah begitu mahal. Dia salah.